Ads 468x60px

Monday, September 19, 2011

MENGGAPAI KETENANGAN JIWA

Manusia secara fitrah telah diciptakan dalam keadaan keluh kesah sehingga tidak heran bila kedamaian dan ketenangan jiwa dan batin adalah dambaan setiap insan, berbagai macam cara ditempuh guna meraih tujuan tersebut, ada yang menganggap bahwa ketenangan dapat diraih dengan berekreasi, berkumpul dengan teman dan handai tolan, bernyayi, mengungkapkan perasaan kepada orang lain atau lewat tulisan, bahkan sering dijumpai, sebagian orang mencari ketenangan dengan mengumpulkan harta, dengan harta tersebut apapun dapat dibeli dan diperoleh, dengan harta mereka menghabiskan waktu dengan berpoya-poya sambil melakukan maksiat, namun pada hakekatnya ketenangan jiwa itu tidak dapat diraih hanya dengan materi saja melainkan itu adalah anugrah dari Allah yang didapati melalui upaya-upaya penghambaan kepada-Nya.

Allah sangat menghargai jiwa yang damai dan tenang, bahkan jiwa tersebut akan dipanggil dengan panggilan cinta-Nya, Allah berfirman “wahai jiwa yang tenang! Kembalilah engkau keharibaan Tuhan-Mu dengan rido dan diridhoi, masuklah kedalam golongan hambaku yang shaleh dan masuklah kedalam surgaku” (al-Fajr: 27-30).

Untuk meraih ketenangn jiwa tersebut, ada beberapa upaya yang harus dilalui, Rasulullah Saw telah menjelaskan dalam salah satu hadisnya mengenai kreteria manusia yang dapat meraih ketenangan jiwa itu. Ibnu katsir dalam tafsirnya menyatakan bahwa Rasulullah pernah mengajarkan doa kepada seorang laki-laki ”katakanlah! Ya Allah Tuhanku, kami memohon kepadamu jiwa yang damai, yang beriman kepada pertemuan dengann-Mu, yan ridho dengan ketentuan-Mu, dan yang puas dengan anugrah-Mu” .

Orang yang akan mendapatkan ketenangan jiwa itu adalah sebagai berikut: pertama; Ridho biliqâillah, manusia akan merasakan ketenangan jiwa, saat ia berusaha untuk selalu meyakini pertemuan dengan Tuhannya, dengan demikian ia berusaha ikhlas dalam beribadah dan selalu teguh dalam ketauhidan. kerridhoan Allah adalah tujuan utama setiap hamba dan ia adalah penghargaan yang jauh lebih mahal dari dunia dan isinya, penghargaan tersebut tidak dapat diraih kecuali bagi hamba yang takut kepada-Nya, “bagi mereka pahala dari sisi Tuhan-Nya yaitu berupa surga yang mengalir dibawahnya sungai, mereka kekal didalamnya, Allah ridho kepada mereka dan mereka ridho kepada Allah, yang demikian itu diberikan kepada mereka yang takut kepada Tuhan-Nya” (al-Bayyinah: 8). Kedua; Ridho bi al-‘Atâ: seorang yang mendambakan ketenangan jiwa harus belajar untuk selalu ridha dan puas terhadap segala anugrah yang Allah telah berikan kepadanya, sesuai dengan sabda Rasulullah Saw “…dan bersikap relalah terhadap segala yang Allah telah bagikan kepadamu, niscaya engkau akan menjadi orang yang paling kaya” (HR.Tirmizi dan Ahmad). Ketiga; Ridha bi al-Qadha: hasil apapun yang dicapai setelah melewati usaha yang maksimal merupakan ketentuan dari Allah, baik atau buruk hasil tersebut, karena bisa jadi yang baik bagi kita belum tentu baik bagi Allah dan buruk bagi kita bisa jadi baik dalam pandangan Allah, Allah berfirman ”…bias jadi apa yang kalian anggap buruk adalah baik bagimu dan bias jadi apa yang kalian anggap baik itu adalah buruk bagimu” (al-Baqarah: 216).

Kesadaran akan betapa pentingnya tiga hal diatas akan dapat mengobati kegelisahan yang dirasakan setiap orang, sehingga kita benar-benar akan merasakan ketenangan bathin. Wallahu a’lam.

0 comments: