Ads 468x60px

Monday, October 31, 2011

[ RENUNGAN ] Berpikir Dari Sudut Pandang Yang Berbeda

Seorang anak buta duduk bersila di sebuah tangga pintu masuk pada sebuah supermarket. Yup, dia adalah pengemis yang mengharapkan belas kasihan dari para pengunjung yang berlalu lalang di depannya. Sebuah kaleng bekas berdiri tegak di depan anak itu dengan hanya beberapa keping uang receh di dalamnya, sedangkan kedua tangannya memegang sebuah papan yang bertuliskan “Saya buta, kasihanilah saya.”

Ada Seorang pria yang kebetulan lewat di depan anak kecil itu. Ia merogoh sakunya, mengeluarkan beberapa keping uang receh, lalu memasukkannya ke dalam kaleng anak itu. Sejenak, pria itu memandang dan memperhatikan tulisan yang terpampang pada papan. Seperti sedang memikirkan sesuatu, dahinya mulai bergerak-gerak.

Lalu pria itu meminta papan yang dibawa anak itu, membaliknya, dan menuliskan beberapa kata di atasnya. Sambil tersenyum, pria itu kemudian mengembalikan papan tersebut, lalu pergi meninggalkannya. Sepeninggal pria itu, uang recehan pengunjung supermarket mulai mengalir lebih deras ke dalam kaleng anak itu. Kurang dari satu jam, kaleng anak itu sudah hampir penuh. Sebuah rejeki yang luar biasa bagi anak itu.

Beberapa waktu kemudian pria itu kembali menemui si anak lalu menyapanya. Si anak berterima kasih kepada pria itu, lalu menanyakan apa yang ditulis sang pria di papan miliknya. Pria itu menjawab, “Saya menulis, ‘Hari yang sangat indah, tetapi saya tidak bisa melihatnya.’ Saya hanya ingin mengutarakan betapa beruntungnya orang masih bisa melihat. Saya tidak ingin pengunjung memberikan uangnya hanya sekedar kasihan sama kamu. Saya ingin mereka memberi atas dasar terima kasih karena telah diingatkan untuk selalu bersyukur.”

Pria itu melanjutkan kata-katanya, “Selain untuk menambah penghasilanmu, saya ingin memberi pemahaman bahwa ketika hidup memberimu 100 alasan untuk menangis, tunjukkanlah bahwa masih ada 1000 alasan untuk tersenyum.

Permohonan Si Kaya Dan Si Miskin

Nabi Musa a.s. memiliki ummat yang jumlahnya sangat banyak dan umur mereka panjang-panjang. Mereka ada yang kaya dan juga ada yang miskin. Suatu hari ada seorang yang miskin datang menghadap Nabi Musa a.s.. Ia begitu miskinnya pakaiannya compang-camping dan sangat lusuh berdebu. Si miskin itu kemudian berkata kepada Baginda Musa a.s., "Ya Nabiullah, Kalamullah, tolong sampaikan kepada Allah s.w.t. permohonanku ini agar Allah s.w.t. menjadikan aku orang yang kaya." Nabi Musa a.s. tersenyum dan berkata kepada orang itu, "Saudaraku, banyak-banyaklah kamu bersyukur kepada Allah s.w.t.". Si miskin itu agak terkejut dan kesal, lalu ia berkata, "Bagaimana aku mau banyak bersyukur, aku makan pun jarang, dan pakaian yang aku gunakan pun hanya satu lembar ini saja"!.

Akhirnya si miskin itu pulang tanpa mendapatkan apa yang diinginkannya. Beberapa waktu kemudian seorang kaya datang menghadap Nabi Musa a.s.. Orang tersebut bersih badannya juga rapi pakaiannya. Ia berkata kepada Nabi Musa a.s., "Wahai Nabiullah, tolong sampaikan kepada Allah s.w.t. permohonanku ini agar dijadikannya aku ini seorang yang miskin, terkadang aku merasa terganggu dengan hartaku itu." Nabi Musa a.s.pun tersenyum, lalu ia berkata, "Wahai saudaraku, janganlah kamu bersyukur kepada Allah s.w.t.". "Ya Nabiullah, bagaimana aku tidak bersyukur kepada Allah s.w.t.?. Allah s.w.t. telah memberiku mata yang dengannya aku dapat melihat. telinga yang dengannya aku dapat mendengar. Allah s.w.t. telah memberiku tangan yang dengannya aku dapat bekerja dan telah memberiku kaki yang dengannya aku dapat berjalan, bagaimana mungkin aku tidak mensyukurinya", jawab si kaya itu.

Akhirnya si kaya itu pun pulang ke rumahnya. Kemudian terjadi adalah si kaya itu semakin Allah s.w.t. tambah kekayaannya kerana ia selalu bersyukur. Dan si miskin menjadi bertambah miskin. Allah s.w.t. mengambil semua kenikmatan-Nya sehingga si miskin itu tidak memiliki selembar pakaianpun yang melekat di tubuhnya. Ini semua kerana ia tidak mau bersyukur kepada Allah s.w.t.

[ RENUNGAN ] Kisah Pohon Apel

Suatu masa dahulu,
terdapat sebatang pohon apel yang amat besar.Seorang kanakkanak lelaki begitu gemar bermain-main di sekitar pohon apel ini setiap hari. Dia memanjat pohon tersebut, memetik serta memakan apel sepuas-puas hatinya, dan adakalanya dia beristirahat lalu terlelap di perdu pohon apel tersebut. Anak lelaki tersebut begitu menyayangi tempat permainannya.
Pohon apel itu juga menyukai anak tersebut.

Masa berlalu…
anak lelaki itu sudah besar dan menjadi seorang remaja. Dia tidak lagi menghabiskan masanya setiap hari bermain di sekitar pohon apel tersebut. Namun begitu, suatu hari dia datang kepada pohon apel tersebut dengan wajah yang sedih.

“Marilah bermain-mainlah di sekitarku,” ajak pohon apel itu.

“Aku bukan lagi kanak-kanak, aku tidak lagi gemar bermain dengan engkau,” jawab remaja itu.

“Aku mau permainan. Aku perlu uang untuk membelinya,” tambah remaja itu dengan nada yang sedih.

Lalu pohon apel itu berkata, “Kalau begitu, petiklah apel-apel yang ada padaku. Juallah untuk mendapatkan uang. Dengan itu, kau dapat membeli permainan yang kauinginkan.”

Remaja itu dengan gembiranya memetik semua apel di pohon itu dan pergi dari situ. Dia tidak kembali lagi selepas itu. Pohon apel itu merasa sedih.

Masa berlalu…
Suatu hari, remaja itu kembali. Dia semakin dewasa. Pohon apel itu merasa gembira.

“Marilah bermain-mainlah di sekitarku,” ajak pohon apel itu.

“Aku tiada waktu untuk bermain. Aku terpaksa bekerja untuk mendapatkan uang. Aku ingin membina rumah sebagai
tempat perlindungan untuk keluargaku. Bisakah kau menolongku?” Tanya anak itu.

“Maafkan aku. Aku tidak mempunyai rumah. Tetapi kau boleh memotong dahan-dahanku yang besar ini dan kau buatlah rumah daripadanya.” Pohon apel itu memberikan cadangan.

Lalu, remaja yang semakin dewasa itu memotong ke semua dahan pohon apel itu dan pergi dengan gembiranya. Pohon apel itu pun turut gembira tetapi kemudiannya merasa sedih karena remaja itu tidak kembali lagi selepas itu.

Masa Berlalu...
Suatu hari yang panas, seorang lelaki datang menemui pohon apel itu. Dia sebenarnya adalah anak lelaki yang pernah bermain-main dengan pohon apel itu. Dia telah matang dan dewasa.

“Marilah bermain-mainlah di sekitarku,” ajak pohon apel itu.

“Maafkan aku, tetapi aku bukan lagi anak lelaki yang suka bermain-main di sekitarmu. Aku sudah dewasa. Aku
mempunyai cita-cita untuk belayar. Malangnya, aku tidak mempunyai perahu. Bisakah kau menolongku?” Tanya lelaki itu.

“Aku tidak mempunyai perahu untuk diberikan kepada kau. Tetapi kau boleh memotong batang pohon ini untuk dijadikan perahu. Kau akan dapat belayar dengan gembira,” kata pohon apel itu.

Lelaki itu merasa amat gembira dan menebang batang pohon apel itu. Dia kemudian pergi dari situ dengan gembiranya dan tidak kembali lagi selepas itu.

Namun begitu, pada suatu hari, seorang lelaki yang semakin di mamah usia, datang menuju pohon apel itu. Dia adalah anak lelaki yang pernah bermain di sekitar pohon apel itu.

“Maafkan aku. Aku tidak ada apa-apa lagi untuk diberikan kepada kau. Aku sudah memberikan buahku untuk kau jual, dahanku untuk kau buat rumah, batangku untuk kau buat perahu. Aku hanya ada tunggul dengan akar yang hampir mati…” kata pohon apel itu dengan nada pilu.

“Aku tidak mau apelmu karena aku sudah tiada bergigi untuk memakannya, aku tidak mau dahanmu karena aku sudah tua untuk memotongnya, aku tidak mau batang pohonmu kerana aku tidak berupaya untuk belayar lagi, aku merasa lelah dan ingin istirahat,” jawab lelaki tua itu.

“Jika begitu, istirahatlah di perduku,” kata pohon apel itu. Lalu lelaki tua itu duduk beristirahat di perdu pohon apel itu dan beristirahat. Mereka berdua menangis kegembiraan

Quote:

Sebenarnya, pohon apel yang dimaksudkan di dalam cerita itu adalah kedua-dua ibu bapak kita. Saat kita masih muda, kita suka bermain dengan mereka. Ketika kita meningkat remaja, kita perlukan bantuan mereka untuk meneruskan hidup. Kita tinggalkan mereka, dan hanya kembali meminta pertolongan apabila kita di dalam kesusahan.

Namun begitu, mereka tetap menolong kita dan melakukan apa saja asalkan kita bahagia dan gembira dalam hidup.
Anda mungkin terfikir bahwa anak lelaki itu bersikap kejam terhadap pohon apel itu, tetapi fikirkanlah, itu hakikatnya bagaimana kebanyakan anak-anak masa kini melayani ibu bapak mereka.

Hargailah jasa ibu bapak kepada kita.

Rasulullah Dan Pengemis Yahudi Buta

Di sudut pasar Madinah Al-Munawarah seorang pengemis Yahudi buta hari demi hari apabila ada orang yang mendekatinya ia selalu berkata "Wahai saudaraku jangan dekati Muhammad, dia itu orang gila, dia itu pembohong, dia itu tukang sihir, apabila kalian mendekatinya kalian akan dipengaruhinya". Setiap pagi Rasulullah s.a.w. mendatanginya dengan membawa makanan, dan tanpa berkata sepatah kata pun Rasulullah s.a.w. menyuap makanan yang dibawanya kepada pengemis itu walaupun pengemis itu selalu berpesan agar tidak mendekati orang yang bernama Muhammad. Rasulullah s.a.w melakukannya hingga menjelang Nabi Muhammad s.a.w. wafat. Setelah kewafatan Rasulullah s.a.w. tidak ada lagi orang yang membawakan makanan setiap pagi kepada pengemis Yahudi buta itu.

Suatu hari Abubakar r.a berkunjung ke rumah anaknya Aisyah r.ha. Beliau bertanya kepada anaknya, "Anakku adakah sunnah kekasihku yang belum aku kerjakan", Aisyah r.ha menjawab pertanyaan ayahnya, "Wahai ayah engkau adalah seorang ahli sunnah hampir tidak ada satu sunnah pun yang belum ayah lakukan kecuali satu sunnah saja". "Apakah itu?", tanya Abubakar r.a. Setiap pagi Rasulullah s.a.w. selalu pergi ke ujung pasar dengan membawakan makanan untuk seorang pengemis Yahudi buta yang berada di sana", kata Aisyah r.ha.

Ke esokan harinya Abubakar r.a. pergi ke pasar dengan membawa makanan untuk diberikannya kepada pengemis itu. Abubakar r.a mendatangi pengemis itu dan memberikan makanan itu kepada nya. Ketika Abubakar r.a. mulai menyuapinya, si pengemis marah sambil berteriak, "Siapakah kamu ?". Abubakar r.a menjawab, "Aku orang yang biasa". "Bukan !, engkau bukan orang yang biasa mendatangiku", jawab si pengemis buta itu. Apabila ia datang kepadaku tidak susah tangan ini memegang dan tidak susah mulut ini mengunyah. Orang yang biasa mendatangiku itu selalu menyuapiku, tapi terlebih dahulu dihaluskannya makanan tersebut dengan mulutnya setelah itu ia berikan pada ku dengan mulutnya sendiri", pengemis itu melanjutkan perkataannya.

Abubakar r.a. tidak dapat menahan air matanya, ia menangis sambil berkata kepada pengemis itu, aku memang bukan orang yang biasa datang pada mu, aku adalah salah seorang dari sahabatnya, orang yang mulia itu telah tiada. Ia adalah Muhammad Rasulullah s.a.w. Setelah pengemis itu mendengar cerita Abubakar r.a. ia pun menangis dan kemudian berkata, benarkah demikian?, selama ini aku selalu menghinanya, memfitnahnya, ia tidak pernah memarahiku sedikitpun, ia mendatangiku dengan membawa makanan setiap pagi, ia begitu mulia.... Pengemis Yahudi buta tersebut akhirnya bersyahadat dihadapan Abubakar r.a.

Kisah Rasulullah : Menahan Rasa Lapar Semalaman Ketika Menghormati Tamu

Seorang telah datang menemui Rasulullah s.a.w. dan telah menceritakan kepada Baginda s.a.w. tentang kelaparan yang dialami olehnya. Kebetulan pada ketika itu Baginda s.a.w. tidak mempunyai suatu apa makanan pun pada diri Baginda s.a.w. mahupun di rumahnya sendiri untuk diberikan kepada orang itu. Baginda s.a.w. kemudian bertanya kepada para sahabat,"Adakah sesiapa di antara kamu yang sanggup melayani orang ini sebagai tetamunya pada malam ini bagi pihak aku?" Seorang dari kaum Ansar telah menyahut, "Wahai Rasulullah s.a.w. , saya sanggiup melakukan seperti kehendak tuan itu."

Orang Ansar itu pun telah membawa orang tadi ke rumahnya dan menerangkan pula kepada isterinya seraya berkata, "Lihatlah bahawa orang ini ialah tetamu Rasulullah s.a.w. Kita mesti melayaninya dengan sebaik-baik layanan mengikut segala kesanggupan yang ada pada diri kita dan semasa melakukan demikian janganlah kita tinggalkan sesuatu makanan pun yang ada di rumah kita." Lalu isterinya menjawab, "Demi Allah! Sebenarnya daku tidak ada menyimpan sebarang makanan pun, yang ada cuma sedikit, itu hanya mencukupi untuk makanan anak-anak kita di rumah ini ?"

Orang Ansar itu pun berkata, "Kalau begitu engkau tidurkanlah mereka dahulu (anak-anaknya) tanpa memberi makanan kepada mereka. Apabila saya duduk berbual-bual dengan tetamu ini di samping jamuan makan yang sedikit ini, dan apabila kami mulai makan engkau padamlah lampu itu, sambil berpura-pura hendak membetulkannya kembali supaya tetamu itu tidakk akan ketahui bahawa saya tidak makan bersama-samanya." Rancangan itu telah berjalan dengan lancarnya dan seluruh keluarga tersebut termasuk kanak-kanak itu sendiri terpaksa menahan lapar semata-mata untuk membolehkan tetamu itu makan sehingga berasa kenyang. Berikutan dengan peristiwa itu, Allah s.w.t. telah berfirman yang bermaksud, "Dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin) atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka berada dalam kesusahan." (Al-Hasy : 9)

Mabuk Dalam Cinta Terhadap Allah SWT

Dikisahkan dalam sebuah kitab karangan Imam Al-Ghazali bahawa pada suatu hari Nabi Isa a.s berjalan di hadapan seorang pemuda yang sedang menyiram air di kebun. Bila pemuda yang sedang menyiram air itu melihat kepada Nabi Isa a.s berada di hadapannya maka dia pun berkata, "Wahai Nabi Isa a.s, kamu mintalah dari Tuhanmu agar Dia memberi kepadaku seberat semut Jarrah cintaku kepada-Nya." Berkata Nabi Isa a.s, "Wahai saudaraku, kamu tidak akan terdaya untuk seberat Jarrah itu."

Berkata pemuda itu lagi, "Wahai Isa a.s, kalau aku tidak terdaya untuk satu Jarrah, maka kamu mintalah untukku setengah berat Jarrah." Oleh kerana keinginan pemuda itu untuk mendapatkan kecintaannya kepada Allah s.w.t., maka Nabi Isa a.s pun berdoa, "Ya Tuhanku, berikanlah dia setengah berat Jarrah cintanya kepada-Mu." Setelah Nabi Isa a.s berdoa maka beliau pun berlalu dari situ. Selang beberapa lama Nabi Isa a.s datang lagi ke tempat pemuda yang memintanya berdoa, tetapi Nabi Isa a.s tidak dapat berjumpa dengan pemuda itu. Maka Nabi Isa a.s pun bertanya kepada orang yang lalu-lalang di tempat tersebut, dan berkata kepada salah seorang yang berada di situ bahawa pemuda itu telah gila dan kini berada di atas gunung.

Setelah Nabi Isa a.s mendengat penjelasan orang-orang itu maka beliau pun berdoa kepada Allah s.w.t., "Wahai Tuhanku, tunjukkanlah kepadaku tentang pemuda itu." Selesai sahaja Nabi Isa a.s berdoa maka beliau pun dapat melihat pemuda itu yang berada di antara gunung-ganang dan sedang duduk di atas sebuah batu besar, matanya memandang ke langit. Nabi Isa a.s pun menghampiri pemuda itu dengan memberi salam, tetapi pemuda itu tidak menjawab salam Nabi Isa a.s, lalu Nabi Isa berkata, "Aku ini Isa a.s." Kemudian Allah s.w.t. menurunkan wahyu yang berbunyi, "Wahai Isa, bagaimana dia dapat mendengar perbicaraan manusia, sebab dalam hatinya itu terdapat kadar setengah berat Jarrah cintanya kepada-Ku. Demi Keagungan dan Keluhuran-Ku, kalau engkau memotongnya dengan gergaji sekalipun tentu dia tidak mengetahuinya."

Barangsiapa yang mengakui tiga perkara tetapi tidak menyucikan diri dari tiga perkara yang lain maka dia adalah orang yang tertipu.
1. Orang yang mengaku kemanisan berzikir kepada Allah s.w.t., tetapi dia mencintai dunia. 2. Orang yang mengaku cinta ikhlas di dalam beramal, tetapi dia inginmendapat sanjungan dari manusia. 3. Orang yang mengaku cinta kepada Tuhan yang menciptakannya, tetapi tidak berani merendahkan dirinya.

Nabi Muhammad s.a.w. telah bersabda, "Akan datang waktunya umatku akan mencintai lima lupa kepada yang lima :

1. Mereka cinta kepada dunia. Tetapi mereka lupa kepada akhirat.
2. Mereka cinta kepada harta benda. Tetapi mereka lupa kepada hisab.
3. Mereka cinta kepada makhluk. Tetapi mereka lupa kepada al-Khaliq.
4. Mereka cinta kepada dosa. Tetapi mereka lupa untuk bertaubat.
5. Mereka cinta kepada gedung-gedung mewah. Tetapi mereka lupa kepada kubur."

Friday, October 28, 2011

Apakah Cinta Itu??

Hari minggu kemarin kebetulan teman-teman anak gadis saya sedang berkumpul dan bermain bersama di teras rumah. Mereka terlihat sedang memainkan sebuah permainan yg mereka sebut dengan 'anak-anakan'. Ada yg jadi ibu, ada yg jadi ayah, ada yg jadi anak, bahkan ada pula yg jadi kakek dan juga neneknya. Mereka seolah sedang mengapresiasikan arti cinta dalam sebuah keluarga. Lalu karena penasaran sayapun mencoba mendekati mereka dan memberi mereka satu pertanyaan.

Apa sih arti cinta menurut kalian??

Simaklah apa jawaban yg saya dapat dari mereka berikut ini,

Devi, 8 tahun,
"cinta itu adalah ketika Ibu sedang terbaring pusing (sakit) dan Ayah sibuk memasak mie instan untuk saya dan kemudian membuatkan teh pahit untuknya."

Shinta, 5 tahun,
"cinta itu adalah ketika saya sedang menangis dan kemudian kakak saya memberikan sebagian kue yg sedang dimakannya"

Lia, 6 tahun,
"cinta itu adalah ketika Ibu saya membuatkan kopi untuk Ayah dan dia menyesapnya terlebih dahulu untuk memastikan rasanya enak"

Shasa, 7 tahun,
"cinta itu adalah ketika nenek saya yg sudah tidak bisa membungkuk lagi untuk merapikan kuku kakinya dan lalu kakek membantu merapikan dan bahkan mengecatkannya sekalian"

Viko, 8 tahun,
"cinta itu adalah ketika Mama sadar bahwa Papa sedang berkeringat, kotor dan bau tapi masih juga mengatakannya lebih tampan daripada Mike Lewis"

Yup... cinta memang relatif.
mereka yg tidak menyukainya menyebutnya tanggung jawab...
mereka yg bermain dengannya menyebutnya sebuah permainan...
mereka yg tidak memilikinya menyebutnya sebuah impian...
mereka yg mencintai menyebutnya takdir...

kadang Tuhan yg mengetahui yg terbaik, akan memberi kesusahan untuk menguji kita...
kadang Ia pun melukai hati, supaya hikmah-Nya bisa tertanam dalam-dalam...
jika kita kehilangan cinta, maka pasti ada alasan di baliknya...
alasan yg kadang sulit untuk dimengerti.
namun kita tetap harus percaya bahwa ketika Ia mengambil sesuatu, Ia telah siap memberi yg lebih baik...
tunggulah saat-saat itu tiba.

mengapa menunggu??
karena walaupun kita ingin mengambil keputusan, kita tidak ingin tergesa-gesa...
karena walaupun kita ingin cepat-cepat, kita tidak ingin sembrono...
karena walaupun kita ingin segera menemukan orang yg kita cintai, kita tidak ingin kehilangan jati diri kita dalam proses pencarian itu...

jika ingin berlari, belajarlah berjalan duhulu...
jika ingin berenang, belajarlah mengapung dahulu...
jika ingin dicintai, belajarlah mencintai dahulu...
pada akhirnya, lebih baik menunggu orang yg kita inginkan, daripada memilih apa yg ada...
tetap lebih baik menunggu orang yg kita cintai, daripada memuaskan diri dengan apa yg ada...
tetap lebih baik menunggu orang yg tepat, sebab hidup ini terlampau singkat untuk dilewatkan bersama pilihan yg salah...
karena menunggu mempunyai tujuan yg mulia dan misterius...

bunga tidak mekar dalam waktu semalam...
kota Roma tidak dibangun dalam sehari...
kehidupan dirajut dalam rahim selama sembilan bulan...
cinta yg agung terus tumbuh selama kehidupan...
kebanyakan hal yg indah dalam hidup memerlukan waktu yg lama...
dan penantian kita tidaklah sia-sia...
walaupun menunggu membutuhkan banyak hal, iman, keberanian dan pengharapan...
penantian menjanjikan satu hal yg tidak dapat seorangpun bayangkan pada akhirnya...
Tuhan dalam segala hikmah-Nya, meminta kita menunggu karena alasan yg penting...

So... apa arti cinta menurut kalian??


sumber :DUDUNG.NET

Apakah Cinta Itu??

Hari minggu kemarin kebetulan teman-teman anak gadis saya sedang berkumpul dan bermain bersama di teras rumah. Mereka terlihat sedang memainkan sebuah permainan yg mereka sebut dengan 'anak-anakan'. Ada yg jadi ibu, ada yg jadi ayah, ada yg jadi anak, bahkan ada pula yg jadi kakek dan juga neneknya. Mereka seolah sedang mengapresiasikan arti cinta dalam sebuah keluarga. Lalu karena penasaran sayapun mencoba mendekati mereka dan memberi mereka satu pertanyaan.

Apa sih arti cinta menurut kalian??

Simaklah apa jawaban yg saya dapat dari mereka berikut ini,

Devi, 8 tahun,
"cinta itu adalah ketika Ibu sedang terbaring pusing (sakit) dan Ayah sibuk memasak mie instan untuk saya dan kemudian membuatkan teh pahit untuknya."

Shinta, 5 tahun,
"cinta itu adalah ketika saya sedang menangis dan kemudian kakak saya memberikan sebagian kue yg sedang dimakannya"

Lia, 6 tahun,
"cinta itu adalah ketika Ibu saya membuatkan kopi untuk Ayah dan dia menyesapnya terlebih dahulu untuk memastikan rasanya enak"

Shasa, 7 tahun,
"cinta itu adalah ketika nenek saya yg sudah tidak bisa membungkuk lagi untuk merapikan kuku kakinya dan lalu kakek membantu merapikan dan bahkan mengecatkannya sekalian"

Viko, 8 tahun,
"cinta itu adalah ketika Mama sadar bahwa Papa sedang berkeringat, kotor dan bau tapi masih juga mengatakannya lebih tampan daripada Mike Lewis"

Yup... cinta memang relatif.
mereka yg tidak menyukainya menyebutnya tanggung jawab...
mereka yg bermain dengannya menyebutnya sebuah permainan...
mereka yg tidak memilikinya menyebutnya sebuah impian...
mereka yg mencintai menyebutnya takdir...

kadang Tuhan yg mengetahui yg terbaik, akan memberi kesusahan untuk menguji kita...
kadang Ia pun melukai hati, supaya hikmah-Nya bisa tertanam dalam-dalam...
jika kita kehilangan cinta, maka pasti ada alasan di baliknya...
alasan yg kadang sulit untuk dimengerti.
namun kita tetap harus percaya bahwa ketika Ia mengambil sesuatu, Ia telah siap memberi yg lebih baik...
tunggulah saat-saat itu tiba.

mengapa menunggu??
karena walaupun kita ingin mengambil keputusan, kita tidak ingin tergesa-gesa...
karena walaupun kita ingin cepat-cepat, kita tidak ingin sembrono...
karena walaupun kita ingin segera menemukan orang yg kita cintai, kita tidak ingin kehilangan jati diri kita dalam proses pencarian itu...

jika ingin berlari, belajarlah berjalan duhulu...
jika ingin berenang, belajarlah mengapung dahulu...
jika ingin dicintai, belajarlah mencintai dahulu...
pada akhirnya, lebih baik menunggu orang yg kita inginkan, daripada memilih apa yg ada...
tetap lebih baik menunggu orang yg kita cintai, daripada memuaskan diri dengan apa yg ada...
tetap lebih baik menunggu orang yg tepat, sebab hidup ini terlampau singkat untuk dilewatkan bersama pilihan yg salah...
karena menunggu mempunyai tujuan yg mulia dan misterius...

bunga tidak mekar dalam waktu semalam...
kota Roma tidak dibangun dalam sehari...
kehidupan dirajut dalam rahim selama sembilan bulan...
cinta yg agung terus tumbuh selama kehidupan...
kebanyakan hal yg indah dalam hidup memerlukan waktu yg lama...
dan penantian kita tidaklah sia-sia...
walaupun menunggu membutuhkan banyak hal, iman, keberanian dan pengharapan...
penantian menjanjikan satu hal yg tidak dapat seorangpun bayangkan pada akhirnya...
Tuhan dalam segala hikmah-Nya, meminta kita menunggu karena alasan yg penting...

So... apa arti cinta menurut kalian??Share/Save/Bookmark Subscribe

Apakah Cinta Itu??

Hari minggu kemarin kebetulan teman-teman anak gadis saya sedang berkumpul dan bermain bersama di teras rumah. Mereka terlihat sedang memainkan sebuah permainan yg mereka sebut dengan 'anak-anakan'. Ada yg jadi ibu, ada yg jadi ayah, ada yg jadi anak, bahkan ada pula yg jadi kakek dan juga neneknya. Mereka seolah sedang mengapresiasikan arti cinta dalam sebuah keluarga. Lalu karena penasaran sayapun mencoba mendekati mereka dan memberi mereka satu pertanyaan.

Apa sih arti cinta menurut kalian??

Simaklah apa jawaban yg saya dapat dari mereka berikut ini,

Devi, 8 tahun,
"cinta itu adalah ketika Ibu sedang terbaring pusing (sakit) dan Ayah sibuk memasak mie instan untuk saya dan kemudian membuatkan teh pahit untuknya."

Shinta, 5 tahun,
"cinta itu adalah ketika saya sedang menangis dan kemudian kakak saya memberikan sebagian kue yg sedang dimakannya"

Lia, 6 tahun,
"cinta itu adalah ketika Ibu saya membuatkan kopi untuk Ayah dan dia menyesapnya terlebih dahulu untuk memastikan rasanya enak"

Shasa, 7 tahun,
"cinta itu adalah ketika nenek saya yg sudah tidak bisa membungkuk lagi untuk merapikan kuku kakinya dan lalu kakek membantu merapikan dan bahkan mengecatkannya sekalian"

Viko, 8 tahun,
"cinta itu adalah ketika Mama sadar bahwa Papa sedang berkeringat, kotor dan bau tapi masih juga mengatakannya lebih tampan daripada Mike Lewis"

Yup... cinta memang relatif.
mereka yg tidak menyukainya menyebutnya tanggung jawab...
mereka yg bermain dengannya menyebutnya sebuah permainan...
mereka yg tidak memilikinya menyebutnya sebuah impian...
mereka yg mencintai menyebutnya takdir...

kadang Tuhan yg mengetahui yg terbaik, akan memberi kesusahan untuk menguji kita...
kadang Ia pun melukai hati, supaya hikmah-Nya bisa tertanam dalam-dalam...
jika kita kehilangan cinta, maka pasti ada alasan di baliknya...
alasan yg kadang sulit untuk dimengerti.
namun kita tetap harus percaya bahwa ketika Ia mengambil sesuatu, Ia telah siap memberi yg lebih baik...
tunggulah saat-saat itu tiba.

mengapa menunggu??
karena walaupun kita ingin mengambil keputusan, kita tidak ingin tergesa-gesa...
karena walaupun kita ingin cepat-cepat, kita tidak ingin sembrono...
karena walaupun kita ingin segera menemukan orang yg kita cintai, kita tidak ingin kehilangan jati diri kita dalam proses pencarian itu...

jika ingin berlari, belajarlah berjalan duhulu...
jika ingin berenang, belajarlah mengapung dahulu...
jika ingin dicintai, belajarlah mencintai dahulu...
pada akhirnya, lebih baik menunggu orang yg kita inginkan, daripada memilih apa yg ada...
tetap lebih baik menunggu orang yg kita cintai, daripada memuaskan diri dengan apa yg ada...
tetap lebih baik menunggu orang yg tepat, sebab hidup ini terlampau singkat untuk dilewatkan bersama pilihan yg salah...
karena menunggu mempunyai tujuan yg mulia dan misterius...

bunga tidak mekar dalam waktu semalam...
kota Roma tidak dibangun dalam sehari...
kehidupan dirajut dalam rahim selama sembilan bulan...
cinta yg agung terus tumbuh selama kehidupan...
kebanyakan hal yg indah dalam hidup memerlukan waktu yg lama...
dan penantian kita tidaklah sia-sia...
walaupun menunggu membutuhkan banyak hal, iman, keberanian dan pengharapan...
penantian menjanjikan satu hal yg tidak dapat seorangpun bayangkan pada akhirnya...
Tuhan dalam segala hikmah-Nya, meminta kita menunggu karena alasan yg penting...

So... apa arti cinta menurut kalian??Share/Save/Bookmark Subscribe

Coba Kalian Simak Ini Baik-baik..!

Sahabatku semua, berikut ini saya tuliskan beberapa TANTRA TOTEM KEBERUNTUNGAN CHINA, yg saya ambil dari email kiriman teman saya, Si Sinyo Keputih. Mungkin kalian ndak percaya dengan ini semua, tapi cobalah simak, nasehat yg terkandung di dalamnya yg memang sangat luar biasa. Bacalah sampai habis, dan kalian pasti akan belajar sesuatu darinya..!

SATU
Berikan mereka lebih dari yg mereka harapkan dan lakukan itu dengan senang hati.

DUA
Menikahlah dengan seseorang yg kalian cintai, karna ketika kalian beranjak tua, maka apapun percakapan yg kalian lakukan, itu akan menjadi lebih penting daripada hal yg paling penting sekalipun.

TIGA
Jangan percaya dengan apa yg kalian dengar, selama kalian mau, habiskan saja apa yg kalian miliki. Pengin tidur? tidur aja semaumu. Renungkan kata-kata diatas..!

EMPAT
Seriuslah ketika kalian bilang, "aku mencintaimu.."
Jangan pernah main-main dengan CINTA..!

LIMA
Ketika kalian ucapkan, "maafkan aku", tatap mata orang itu..!

ENAM
Bertunanganlah sedikitnya tiga bulan sebelum kalian menikah.

TUJUH
Percayalah pada cinta padangan pertama.

DELAPAN
Jangan tertawakan atau remehkan impian orang karna orang yg ndak punya impian adalah miskin.

SEMBILAN
Cintailah dengan mendalam dan bergairah. Mungkin suatu saat kalian akan terluka, tapi inilah satu-satunya cara untuk menjalani hidup yg sebenarnya.

SEPULUH
Jangan pernah menyebut nama ketika terjadi pertengkaran.

SEBELAS
Jangan menilai orang karena dengan siapa mereka berteman.

DUABELAS
Bicaralah pelan tapi berpikirlah cepat.

TIGABELAS
Ketika seseorang mengajukan pertanyaan yg kalian sendiri ndak ingin menjawabnya, tersenyumlah dan tanyakan, "kenapa anda ingin tahu?"

EMPATBELAS
Ingat bahwa cinta dan kesuksesan besar itu, membutuhkan pengorbanan.

LIMABELAS
Ucapkan "berkah bagimu" saat kalian mendengar orang bersin.

ENAMBELAS
Ketika kalian kalah, jangan lupakan pelajaran yg telah kalian dapatkan dari kekalahan itu.

TUJUHBELAS
Hargai diri sendiri, hargai orang lain dan bertanggung-jawablah pada semua apa yg telah kalian lakukan.

DELAPANBELAS
Jangan biarkan pertengkaran kecil merusak persahabatan yg besar.

SEMBILANBELAS
Ketika kalian sadar telah berbuat kesalahan, ambil langkah segera untuk memperbaikinya.

DUAPULUH
Tersenyumlah saat menerima telepon karna penelpon akan mendengarnya dari nada suara kalian.

DUAPULUH SATU
Habiskan waktu sendirimu, karna sekarang inilah bagian yg paling MENYENANGKAN dalam hidupmu..!

DUAPULUH DUA
Jangan pernah lupa untuk menulis komen setelah selesai membaca..! (hehee... yg ini tambahan dari saya)
Yo wis sana ndang komeng..!Share/Save/Bookmark Subscribe

Bacalah ini, Anakku...!

Anakku... dulu Ibumu melahirkan kamu sambil menangis kesakitan, masihkah kamu tega menyakitinya?
Masih mampukah kamu tertawa melihat penderitaannya?
Mencaci makinya?
Melawannya?
Memukulnya? Mengacuhkannya?
Meninggalkannya?

Ibu kamu tak pernah mengeluh membersihkan kotoran kamu waktu kamu masih kecil, memberikan air susunya waktu kamu masih bayi, mencuci pakaian kotor kamu, menahan derita dan menggendong kamu sendirian.

Anakku... di saat ibumu tidur, coba kamu lihat kantung matanya dan kamu perhatikan bibir tuanya. Bayangkan bagaimana jika mata itu takkan terbuka lagi untuk selamanya, tangan itu tak dapat lagi menghapuskan air mata dan mulut itu tiada lagi mengucap nasihat yg selalu kamu abaikan...?
Bayangkan jika saat ini Ibu kamu sudah tiada... apakah selama ini kamu sudah cukup membahagiakannya...?
Apakah kamu pernah berfikir bahwa betapa besar pengorbanannya untukmu, semenjak kamu masih berada di dalam perutnya...?
Itupun kalau kamu sayang dengan Ibumu dan mau mendengarkan nasihatku ini.
Ingat-ingatlah lima aturan sederhana untuk menjadi bahagia berikut ini :

- Bebaskan hatimu dari rasa benci.
- Bebaskan pikiranmu dari segala kekhawatiran.
- Hiduplah dengan sederhana.
- Berikan lebih banyak (give more) tapi jangan terlalu banyak mengharap (expect less).

Sadarilah bahwa di dunia ini terlalu sedikit anak yang mau berkorban demi Ibunya, tapi tahukah kamu bahwa justru beliaulah satu-satunya orang yg bersedia mati untuk melahirkan kamu.Share/Save/Bookmark Subscribe

Perpisahan Abadi Dengan Sahabat Lama



Alkisah....Suatu hari di suatu masa, seorang kakek tua yang menunggu hari-hari terakhir dalam hidupnya, sedang berbaring dan tidur sendiri di ranjangnya. Namun entah apa sebabnya tiba-tiba dia terbangun. Dia seperti melihat sekelompok bayangan berdiri di sekitar tempat tidurnya.
Meskipun wajah-wajah mereka nampak tenang dan penuh kasih sayang, akan tetapi raut kesedihan jelas sekli terpancar dari sudut-sudut matanya. Kakek tua itu bingung. Sambil menatap bayangan-bayangan itu, ia tersenyum lemah dan kemudian berbisik lirih,
"Kalian pasti teman-teman dari masa kanak-kanak saya yang datang untuk mengucapkan selamat jalan. Saya sangat berterima kasih atas kedatangan kalian."

Mendengar kata kakek itu, salah satu dari mereka mendekat ke ranjang lalu duduk dan memegang tangan kakek itu sambil berkata,
"yahh... betul sekali kawan... Kami adalah para sahabatmu yang terkarib dan tertua. Tapi sejak dulu engkau selalu meninggalkan kami. Kami adalah harapan-harapan, impian-impian dan rencana-rencana yang pernah engkau rasakan secara mendalam di hati, akan tetapi tak pernah engkau kejar dan engkau wujudkan.
Kami adalah talenta-talenta unik yang tak pernah engkau asah, bakat-bakat istimewa yang tak pernah engkau gali.
Sahabat lamaku.... kami datang bukan untuk menghiburmu. Akan tetapi kami datang untuk meninggal bersamamu."####Share/Save/Bookmark Subscribe

Pelajaran Hidup Di Balik Sebuah Penyesalan

Sahabatku semua... hidup ini layaknya kita berdiri dalam sebuah kubus kecil yg berada di tengah kubus yg lain yg lebih besar, yg mana kubus tersebut juga berada di tengah-tengah kubus lainnya yg lebih besar lagi dan semakin lebih besar lagi, demikian seterusnya hingga kubus-kubus tersebut membentuk suatu jenjang bertingkat yg harus kita daki satu demi satu, agar kita mampu berada pada satu tingkat yg lebih tinggi dari sebelumnya. Kita harus mampu mendakinya setingkat demi setingkat dengan penuh asa dan harapan. Jangan pernah pedulikan rasa malas dan berat hati yg seolah membebani langkah kita dalam mencapai puncak tingkatan yg paling tinggi.

Yup... sebelum kita lanjutkan membahas tentang topik ini, ijinkanlah saya untuk terlebih dahulu memajang award keren yg saya dapat dari Mbak Reni berikut ini.
Keren kan awardnya? Terimakasih Mbak sudah mau berbagi.
hmmmm... persahabatan memang indah.

Baiklah....
waktu yg berlalu... terasa begitu cepat. Sepertinya baru kemarin saya berusia kanak-kanak, sedang bersepeda ria di sekitar halaman rumah. Hingga akhirnya, ketika menginjak usia 20 tahun, saya memutuskan untuk menjalin sebuah hubungan. Saya berniat untuk menikah (meski pada kenyataannya baru 4 tahun kemudian terealisasi), dan waktu itu saya juga memutuskan untuk berhenti sekolah. Semua karena terkendala oleh biaya. Saya pikir, bukankah akan lebih menjamin kalau uangnya saya pakai untuk berbisnis saja daripada untuk biaya kuliah yg begitu mahal. Saya pikir dengan sedikit tambahan modal uang hasil pinjaman, saya akan berhasil menjadi pengusaha mandiri ketika saya menginjak usia 30 tahunan. Atau setidak-tidaknya usia 35 tahun lah. Namun apa realitanya? segala sesuatu ternyata tidak berjalan mulus seperti rencana. Semua bergerak di luar batas kendali. Saya telah gagal. Hanya penyesalan yg saya rasa dan yg masih tersisa saat ini.

Tapi...
setelah saya kaji lebih dalam lagi, akhirnya saya pun bisa menemukan satu pelajaran hidup yg begitu luar biasa yg intinya, janganlah kita terburu-buru dalam menentukan sebuah keputusan. Cermati dulu semua dalam-dalam. Amati prospek ke depannya. Lihat kembali semuanya dari segala sudut pandang. Apa yg ada pada sisi positifnya dan apa juga yg ada pada sisi sebaliknya. Dan inilah yg dapat saya simpulkan saat ini. Saat dimana saya sudah mulai beranjak tua.

Mungkin memang harus ada beberapa hal yg sebaiknya saya tekankan pada diri saya waktu itu, ketika sedang berusia 20 tahunan. Apa itu??

- Selesaikan dulu pendidikan..!
Jangan pernah berhenti. Mungkin ada rasa bosan, tapi jangan sampai kita berada pada situasi dimana kita sangat tidak nyaman dengan pekerjaan kita sekarang, tapi kita juga tidak dapat berhenti melakoninya.
Menyelesaikan gelar sarjana akan membukakan kita pintu terhadap lebih banyak kesempatan.

- Uang tidak akan membusuk, simpanlah..!
Mulailah berinvestasi sejak dini. Hitung lagi, berapa banyak barang yg kita miliki untuk menunjukkan jumlah uang yg kita habiskan semasa sekolah dan kuliah? Coba jika dulu kita investasikan separuhnya saja, pasti kita akan memiliki banyak pada masa kita tua. Berinvestasilah sejak dini.

- Jangan menempati rumah pertama yg kita lihat tapi tempatilah rumah yg paling sederhana dengan lingkungan yg paling baik..!

- Bangunlah sebuah kebiasaan untuk hidup sesuai anggaran..!
Hal penting yg harus kita ingat adalah, hidup sesuai anggaran tidak akan memenjarakan atau membatasi kita, tapi itu justru untuk memastikan kebebasan kita suatu saat nanti.

- Belajarlah untuk bernegosiasi dalam segala hal..!
Belajar negosiasi akan menyelamatkan anggaran kita dalam jumlah besar. Selalu siap untuk belajar dan keluar dari situasi dan kondisi apapun.

- Waktu berkualitas di kantor memang penting, namun jumlah waktu kita di rumah lah yg lebih penting..!
Bos kita tidak akan pernah peduli dengan keluarga kita. Tapi keluarga akan tetap ada setelah kita lama meninggalkan pekerjaan kita. Jadi sebaiknya utamakan keluarga.

- Jangan dengarkan mereka yg mengatakan bahwa ada jalan singkat menuju kesuksesan..!
Kesuksesan tercipta karena kita berhasil menawarkan sesuatu yg menarik dan bernilai kepada mereka yg memintanya. Pelajaran penting disini adalah, cari tahulah permintaan yg belum dipenuhi dan pelajari bagaimana cara untuk memenuhinya.

- Pastikan pasangaan kita memiliki nilai yg sama dengan diri kita..!
Hal yang satu ini dapat menjadi penentu kebahagiaan kita. Bicarakanlah dengan pasangan, nilai yg penting pada kehidupan kita yg harus diajarkan kepada anak-anak, walaupun kita tidak berencana untuk memilikinya.

- Belajarlah membangun jaringan..!
Belajarlah untuk terus berhubungan dengan teman lama. Belajarlah untuk meminta pertolongan tanpa terlihat sedang melakukannya. Lihatlah bagaimana orang lain membangun jaringan. Ingat... yg penting adalah bukan apa yg kita ketahui, tetapi apa yg dapat kita lakukan dengan apa yg sudah kita ketahui itu. Dan yg lebih penting lagi, bukan siapa yg kita kenal, melainkan siapa saja yg telah mengenal kita. Ingat itu..! Belajarlah untuk membangun jaringan tanpa mengharapkan imbalan.

- Never accept a job just because the pay is higher..!
Jangan pernah menerima sebuah pekerjaan hanya karena ia memiliki bayaran yg lebih tinggi. Hidup ini bukan hanya tentang uang, uang, uang dan uang.

- Percaya tapi juga pastikan..!
Kita dapat percaya dengan apa yg diajarkan, kita dapat percaya dengan apa yg kita dengar dan kita dapat dengan mudah percaya pada apa yg kita baca sewaktu kecil. Tapi sekarang kita harus terus melakukan pengecekan terhadap referensi-referensi yg mungkin kita terima. Tanyakan dulu beberapa pertanyaan, dengar jawabannya baik-baik dan cari tahu juga apa jawabannya itu benar. Janganlah menjadi seorang yg gampang menerima, tapi pastikan dulu segala sesuatunya. Dalam artian, pastikan kita sadar bahwa kita sedang berurusan dengan siapa dan apa pula motivasinya.

Silakan dipelajari..! Mungkin ada satu atau dua kalimat yg dapat kalian terapkan.
Semoga kesuksesan menyertai Anda..! Keep spirit and Be A Great PersonShare/Save/Bookmark Subscribe

Petuah Cinta Untukmu

Berikut ini saya tuliskan beberapa kalimat petuah cinta yg saya kumpulkan dari berbagai sumber. Saya yakin pasti diantara kalian ada yg sedang membutuhkan kalimat-kalimat berikut, silakan disimak baik-baik.

Mungkin akan tiba saatnya kamu akan berhenti mencintai seseorang, bukan karena orang itu berhenti mencintai kita, melainkan kita menyadari bahwa memang orang itu akan lebih berbahagia apabila kita rela melepaskannya. Namun, bila kamu benar-benar mencintainya, jangan pernah sekalipun melepaskannya. Bila dia tidak membalasmu, barangkali dia tengah ragu dan mencari. Jangan percaya bahwa melepaskan berarti kamu benar-benar mencintai tanpa suatu balasan, mengapa tidak berjuang demi CINTAmu? Mungkin itulah CINTA sejatimu.

Sebab kadang kala, orang yang paling mencintaimu adalah orang yang tidak pernah menyatakan CINTA padamu karena takut kamu berpaling dan memberi jarak. Dan bila suatu saat dia pergi, maka kamu akan menyadari bahwa dia adalah CINTA yang tak pernah kamu sadari. Mengapa kamu tidak mengungkapkan CINTAmu bila kamu memang mencintainya, meski kamupun tak tahu apakah CINTA itu ada juga padanya?

Persahabatan itu suatu hal yang mengesankan dan harus dipertahankan jika memang sudah sepadan. Seperti kata-kata berikut: CINTA tidak akan pernah begitu indah, jika tanpa persahabatan, yang satu selalu menjadi penyebab yang lain, dan prosesnya adalah tidak dapat diubah. Seorang peCINTA yang terbaik adalah sahabat yang terhebat.

Jika kamu mencintai seseorang, janganlah kamu berharap bahwa seseorang itu akan mencintai kamu persis sebaliknya dalam kapasitas yang sama. Satu di antara kalian akan memberikan lebih, yang lain akan dirasa kurang. Begitu juga dengan CINTA : kamu akan mencari dan yang lain akan menanti. Jangan pernah takut untuk jatuh CINTA. Awal-awal mungkin akan terasa sedikit menyakitkan, dan mungkin akan meyebabkan kamu kecewa dan menderita. Tapi jika kamu tidak mengikuti kata hati, maka pada akhirnya kamu akan menangis, jauh lebih perih, karena saat itu kamu akan menyadari bahwa kamu tidak pernah memberinya lebih.

CINTA itu membuat jalan. CINTA itu bukan sekedar perasaan, tapi sebuah komitmen. Perasaan bisa datang dan pergi begitu saja. Tapi tidak dengan CINTA. CINTA tidak harus berakhir bahagia, karena CINTA memang tak akan pernah berakhir. CINTA sejati dapat mendengar apa yang tidak dikatakan, dan memberi apa yang tidak dijelaskan. Sebab CINTA tidak datang dari bibir dan lidah ataupun pikiran, melainkan dari hati.
Ketika kamu menCINTAi, dan kamu menganggab apapun sebagai imbalan, itu artinya kamu bukan menCINTAI, melainkan investasi. Jika kamu menCINTAi, maka kamu harus siap menerima penderitaan. Karena jika kamu mengharapkan kebahagiaan, itu berarti kamu bukan menCINTAI, melainkan memanfaatkan.

Satu lagi. Lebih baik kehilangan harga diri dan egomu bersama seseorang yang kamu CINTAi, daripada harus kehilangan seseorang yang kamu CINTAi hanya karena egomu yang tak berguna itu. Ingat...! Jangan menCINTAi seseorang seperti bunga, karena bunga akan mati di kala musim berganti, tapi CINTAilah mereka seperti sungai, sebab sungai itu mengalir selamanya.

Terakhir yang perlu kamu ingat, CINTA mungkin akan meninggalkan hatimu bagai kepingan-kepingan kaca, tapi tancapkan dalam pikiranmu bahwa ada seseorang yang bersedia untuk menambal lukamu itu dengan mengumpulkan kepingan-kepingan pecahan kaca itu, sehingga kamu akan menjadi utuh kembali.

Mencintai Sesuatu Karena Allah

Di sisa akhir malam aku terjaga..
di gelapnya pekat aku tak lagi terlelap...
di ujung sajadah ini aku terdiam....
di atas tembikar pandan aku tersadar...

Apalah arti sebuah kilau kecantikan, jika hanya kan menipu syahwat kaum adam...
apalah arti sebuah gemilang kecerdasan, jika hanya kan mengantar kita terpuruk pada keangkuhan...
apalah arti sebuah kekayaan, jika hanya kan membuat kepala kita mendongak tegak...

Semuanya itu nantinya pasti kan sirna...
dan semua hanyalah kan sia-sia jika cinta dan kasih yang sesungguhnya tak mampu membuatnya sempurna... Janganlah kamu mencintainya karena sesuatu, tapi cintailah sesuatu itu karena Allah....
Hanya karena Allah..
Sahabatku sekalian... hari ini saya akan kembali menuliskan satu kisah cinta yg saya rangkum dari cerita nyata yg pernah ditayangkan di salah satu stasiun TV swasta Indonesia. Saya yakin kisah ini pasti bisa menjadi bekal maupun tauladan bagi kalian dalam mengarungi kehidupan cinta di dunia ini. Inilah salah satu contoh cinta sejati, yg mana ianya tak akan pernah mati walau apapun yg telah dan pasti akan terjadi.

Pesan saya, jangan pernah melewatkan satu katapun dalam membaca kisah ini. Sebab kalau itu kalian lakukan, saya yakin, kalian pasti akan membaca ulang kisah ini dari awal.

contoh suami sejati

Sore itu seperti biasa, beliau pulang dari kerja dan langsung bergegas menuju kamar utama. Dimana seorang wanita paruh baya tengah tergolek lemah di sana tanpa daya. Mata layunya menatap cemas ke daun pintu yg belum terbuka sepenuhnya.
Dilihat dari usianya, beliau ini sudah tidak bisa dikatakan muda lagi, usia yg sudah senja dan bahkan sudah menapaki malam gulita.
Adalah Bapak Suyatno, 58 tahun, yg kesehariannya diisi dengan merawat istrinya yg sedang sakit. Usia perkawinan mereka kurang lebih sudah menginjak tahun yg ke 32. Dan dari perkawinan itu, mereka sudah dikaruniai empat orang putra.

Sahabatku sekalian... dari sinilah awal cobaan itu menerpa. Beberapa hari setelah melahirkan anak yg ke empat, tiba-tiba kedua kaki istrinya lumpuh dan tak bisa digerakkan lagi. Awalnya dikira mungkin itu hanya sementara dan pasti akan segera membaik setelah melewati beberapa upaya penyembuhan. Tapi ternyata Allah berkehendak lain. Sebulan dua bulan, setahun dua tahun berlalu, bukan makin membaik tapi justru semakin parah. Menginjak tahun ketiga seluruh tubuh istrinya menjadi lemah dan bahkan terasa seperti tidak bertulang sama sekali. Lidahnyapun sudah ndak bisa digerakkan lagi. Setiap hari dengan penuh keikhlasan, Pak Suyatno mengangkat, memandikan, membersihkan kotoran, mendandani, menyuapi dan lalu membaringkan kembali istrinya ke atas tempat tidur. Sebelum berangkat kerja dia menggeser meja TV persis menghadap istrinya agar istrinya ndak merasa kesepian.
Walau istrinya tak mampu bicara tapi dia selalu melihat istrinya tersenyum lemah.
Untunglah tempat usaha Pak Suyatno ini ndak begitu jauh dari rumahnya, sehingga siangnya dia selalu menyempatkan diri untuk pulang menyuapi istrinya makan siang. Sore harinya ketika pulang dari kerja, dia langsung memandikan, mengganti pakaian dan mendandani istrinya. Selepas maghrib dia temani istrinya nonton TV sambil menceritakan apa saja yg dia alami seharian tadi. Meski sang istri hanya bisa memandang dan tak bisa menanggapi, namun Pak Suyatno sudah cukup senang dengan keadaan seperti itu, bahkan dia selalu menggoda istrinya setiap hendak berangkat tidur.
Rutinitas seperti ini sudah dilakukannya kurang lebih selama 25 tahunan. Dengan penuh kesabaran Pak Suyatno merawat istrinya bahkan sambil membesarkan ke empat buah hati mereka. Dan Alhamdulillah sekarang anak-anak mereka sudah tumbuh dewasa, hidup berumah tangga. Tinggal si bungsu yg masih kuliah.

Pada suatu hari yg mungkin sudah mereka rencanakan, sambil menjenguk ibunya, ke empat anak Pak Suyatno berkumpul di rumah orang tuanya. Karena semenjak mereka menikah, masing-masing sudah tinggal bersama keluarganya. Si Bungsupun harus tinggal di kota lain untuk melanjutkan kuliahnya. Dan Pak Suyatno memutuskan, Ibu mereka dia yg akan merawatnya sendiri. Yang dia inginkan hanya satu, semua anak-anaknya menjadi orang yg berhasil.

Ditengah perbincangan mereka, dengan kalimat yg cukup hati-hati Si Sulung berkata,

"Pak... kami pengin banget merawat Ibu. Semenjak kami kecil, kami selalu melihat Bapak merawat Ibu. Dan selama itu pula tak ada sedikitpun keluhan maupun ketidak-ikhlasan yg keluar dari bibir Bapak, bahkan Bapak tidak mengijinkan kami menjaga Ibu".

Dengan air mata berlinang anak yg kedua melanjutkan,

"sudah yg kesekian kalinya kami mengijinkan Bapak untuk menikah lagi, kami rasa Ibupun akan mengijinkannya. Kapan Bapak akan menikmati masa tua Bapak kalau Bapak selalu menghabiskan waktu dengan berkorban seperti ini? Kami sudah ndak tega melihat Bapak. Kami janji, kami akan merawat Ibu sebaik-baiknya secara bergantian".

Sesaat Pak Suyatno terdiam... menarik nafas panjang dan menghembuskannya pelan-pelan. Jari-jarinya tak pernah berhenti mengusap, menyibakkan anak rambut yg menempel di kening istrinya. Matanya menatap jauh ke luar jendela yg terbuka, kemudian menunduk memandang lagi ke wajah istrinya yg terbaring lemah di pangkuannya. Dengan penuh keyakinan dia lalu menjawab,
dan Sahabatku sekalian... sungguh ini adalah jawaban yg sama sekali tidak pernah kita duga sebelumnya.

"Anak-anakku semua... jika perkawinan dan hidup di dunia ini hanya untuk mengejar nafsu, mungkin Bapak sudah menikah lagi dan meninggalkan Ibumu sejak dulu, tapi ketahuilah, dengan adanya Ibu kalian disamping Bapak, itu sudah lebih dari cukup, dia telah melahirkan kalian...."
sejenak kerongkongannya tersekat lalu melanjutkan,
"kalian yg selalu Kami rindukan hadir di dunia ini dengan penuh cinta yg tidak satupun dapat menghargainya dengan apapun juga. Coba kalian tanya Ibumu, apakah dia menginginkan keadaanya menjadi seperti sekarang ini ?
Kalian menginginkan Bapak bahagia, apakah batin Bapak bisa bahagia meninggalkan Ibumu dalam keadaannya sekarang?
Kalian menginginkan Bapak yg masih diberi Allah kesehatan, dirawat oleh orang lain, bagaimana dengan Ibumu yg masih sakit?"

Serentak lalu meledaklah tangis keempat anak Pak Suyatno di atas tubuh layu Ibunya. Menyaksikan itu semua, Pak Suyatnopun tak mampu lagi menyembunyikan air matanya. Begitupun istrinya, butiran-butiran kecil terlihat jelas menetes jatuh dari kedua sudut matanya. Dengan pilu ditatapnya mata suami yg sangat dicintainya itu... entah apa yg bisa dia katakan andaikan dia mampu berkata.

Pak Suyatnopun membiarkan saja semua itu terjadi. Dan masih di sela-sela tangis istri dan keempat anaknya, dia melanjutkan, berkata-kata entah ditujukan kepada siapa. Matanya menerawang jauh melintasi masa lalu yg tak mungkin dapat kembali.

"Jika manusia di dunia ini mengagungkan sebuah cinta dalam perkawinannya,
tetapi tidak mau memberi waktu, tenaga, pikiran dan perhatian, itu semua adalah sebuah kesia-siaan. Saya sendiri yg dulu memilih dia menjadi pendamping hidup. Sewaktu dia sehat diapun dengan sabar merawat saya, mencintai saya dengan sepenuh hati dan batinnya, bukan hanya dengan matanya. Dan dia memberikan saya empat orang anak yg lucu-lucu... Sekarang dia sakit karena berkorban untuk cinta kita bersama. Saya terima itu sebagai ujian buat saya, mampukah saya memegang komitmen untuk mencintainya apa adanya..? Selamanya..? Sehatpun belum tentu saya mencari penggantinya apalagi dia dalam sakit seperti ini...."

Sahabatku sekalian... demikianlah akhirnya... Pak Suyatnopun memutuskan akan tetap merawat istrinya sampai kapanpun juga. Dia rela menghabiskan sisa hidupnya dalam keadaan seperti itu demi untuk sang istri tercinta. Subhanallah...
Semoga kita semua mampu mengambil satu hikmah dari kisah nyata di atas.
Satu pesan dari saya, love your couple... love your wife… love your husband… love your kids... with all of your heart and soul.
Saya yakin kalian semua mengerti apa yg saya maksud. Cuma sekarang satu pertanyaannya, mampukah kita mencintai suami atau istri kita tanpa batas..???
Jawabannya ada di hati kita masing-masing.

Kisah Nyata Cinta : Mampukah Kita Mencintai Suami/Istri Kita Tanpa Batas?

Sahabatku sekalian... hari ini saya akan kembali menuliskan satu kisah cinta yg saya rangkum dari cerita nyata yg pernah ditayangkan di salah satu stasiun TV swasta Indonesia. Saya yakin kisah ini pasti bisa menjadi bekal maupun tauladan bagi kalian dalam mengarungi kehidupan cinta di dunia ini. Inilah salah satu contoh cinta sejati, yg mana ianya tak akan pernah mati walau apapun yg telah dan pasti akan terjadi.

Pesan saya, jangan pernah melewatkan satu katapun dalam membaca kisah ini. Sebab kalau itu kalian lakukan, saya yakin, kalian pasti akan membaca ulang kisah ini dari awal.

contoh suami sejati

Sore itu seperti biasa, beliau pulang dari kerja dan langsung bergegas menuju kamar utama. Dimana seorang wanita paruh baya tengah tergolek lemah di sana tanpa daya. Mata layunya menatap cemas ke daun pintu yg belum terbuka sepenuhnya.
Dilihat dari usianya, beliau ini sudah tidak bisa dikatakan muda lagi, usia yg sudah senja dan bahkan sudah menapaki malam gulita.
Adalah Bapak Suyatno, 58 tahun, yg kesehariannya diisi dengan merawat istrinya yg sedang sakit. Usia perkawinan mereka kurang lebih sudah menginjak tahun yg ke 32. Dan dari perkawinan itu, mereka sudah dikaruniai empat orang putra.

Sahabatku sekalian... dari sinilah awal cobaan itu menerpa. Beberapa hari setelah melahirkan anak yg ke empat, tiba-tiba kedua kaki istrinya lumpuh dan tak bisa digerakkan lagi. Awalnya dikira mungkin itu hanya sementara dan pasti akan segera membaik setelah melewati beberapa upaya penyembuhan. Tapi ternyata Allah berkehendak lain. Sebulan dua bulan, setahun dua tahun berlalu, bukan makin membaik tapi justru semakin parah. Menginjak tahun ketiga seluruh tubuh istrinya menjadi lemah dan bahkan terasa seperti tidak bertulang sama sekali. Lidahnyapun sudah ndak bisa digerakkan lagi. Setiap hari dengan penuh keikhlasan, Pak Suyatno mengangkat, memandikan, membersihkan kotoran, mendandani, menyuapi dan lalu membaringkan kembali istrinya ke atas tempat tidur. Sebelum berangkat kerja dia menggeser meja TV persis menghadap istrinya agar istrinya ndak merasa kesepian.
Walau istrinya tak mampu bicara tapi dia selalu melihat istrinya tersenyum lemah.
Untunglah tempat usaha Pak Suyatno ini ndak begitu jauh dari rumahnya, sehingga siangnya dia selalu menyempatkan diri untuk pulang menyuapi istrinya makan siang. Sore harinya ketika pulang dari kerja, dia langsung memandikan, mengganti pakaian dan mendandani istrinya. Selepas maghrib dia temani istrinya nonton TV sambil menceritakan apa saja yg dia alami seharian tadi. Meski sang istri hanya bisa memandang dan tak bisa menanggapi, namun Pak Suyatno sudah cukup senang dengan keadaan seperti itu, bahkan dia selalu menggoda istrinya setiap hendak berangkat tidur.
Rutinitas seperti ini sudah dilakukannya kurang lebih selama 25 tahunan. Dengan penuh kesabaran Pak Suyatno merawat istrinya bahkan sambil membesarkan ke empat buah hati mereka. Dan Alhamdulillah sekarang anak-anak mereka sudah tumbuh dewasa, hidup berumah tangga. Tinggal si bungsu yg masih kuliah.

Pada suatu hari yg mungkin sudah mereka rencanakan, sambil menjenguk ibunya, ke empat anak Pak Suyatno berkumpul di rumah orang tuanya. Karena semenjak mereka menikah, masing-masing sudah tinggal bersama keluarganya. Si Bungsupun harus tinggal di kota lain untuk melanjutkan kuliahnya. Dan Pak Suyatno memutuskan, Ibu mereka dia yg akan merawatnya sendiri. Yang dia inginkan hanya satu, semua anak-anaknya menjadi orang yg berhasil.

Ditengah perbincangan mereka, dengan kalimat yg cukup hati-hati Si Sulung berkata,

"Pak... kami pengin banget merawat Ibu. Semenjak kami kecil, kami selalu melihat Bapak merawat Ibu. Dan selama itu pula tak ada sedikitpun keluhan maupun ketidak-ikhlasan yg keluar dari bibir Bapak, bahkan Bapak tidak mengijinkan kami menjaga Ibu".

Dengan air mata berlinang anak yg kedua melanjutkan,

"sudah yg kesekian kalinya kami mengijinkan Bapak untuk menikah lagi, kami rasa Ibupun akan mengijinkannya. Kapan Bapak akan menikmati masa tua Bapak kalau Bapak selalu menghabiskan waktu dengan berkorban seperti ini? Kami sudah ndak tega melihat Bapak. Kami janji, kami akan merawat Ibu sebaik-baiknya secara bergantian".

Sesaat Pak Suyatno terdiam... menarik nafas panjang dan menghembuskannya pelan-pelan. Jari-jarinya tak pernah berhenti mengusap, menyibakkan anak rambut yg menempel di kening istrinya. Matanya menatap jauh ke luar jendela yg terbuka, kemudian menunduk memandang lagi ke wajah istrinya yg terbaring lemah di pangkuannya. Dengan penuh keyakinan dia lalu menjawab,
dan Sahabatku sekalian... sungguh ini adalah jawaban yg sama sekali tidak pernah kita duga sebelumnya.

"Anak-anakku semua... jika perkawinan dan hidup di dunia ini hanya untuk mengejar nafsu, mungkin Bapak sudah menikah lagi dan meninggalkan Ibumu sejak dulu, tapi ketahuilah, dengan adanya Ibu kalian disamping Bapak, itu sudah lebih dari cukup, dia telah melahirkan kalian...."
sejenak kerongkongannya tersekat lalu melanjutkan,
"kalian yg selalu Kami rindukan hadir di dunia ini dengan penuh cinta yg tidak satupun dapat menghargainya dengan apapun juga. Coba kalian tanya Ibumu, apakah dia menginginkan keadaanya menjadi seperti sekarang ini ?
Kalian menginginkan Bapak bahagia, apakah batin Bapak bisa bahagia meninggalkan Ibumu dalam keadaannya sekarang?
Kalian menginginkan Bapak yg masih diberi Allah kesehatan, dirawat oleh orang lain, bagaimana dengan Ibumu yg masih sakit?"

Serentak lalu meledaklah tangis keempat anak Pak Suyatno di atas tubuh layu Ibunya. Menyaksikan itu semua, Pak Suyatnopun tak mampu lagi menyembunyikan air matanya. Begitupun istrinya, butiran-butiran kecil terlihat jelas menetes jatuh dari kedua sudut matanya. Dengan pilu ditatapnya mata suami yg sangat dicintainya itu... entah apa yg bisa dia katakan andaikan dia mampu berkata.

Pak Suyatnopun membiarkan saja semua itu terjadi. Dan masih di sela-sela tangis istri dan keempat anaknya, dia melanjutkan, berkata-kata entah ditujukan kepada siapa. Matanya menerawang jauh melintasi masa lalu yg tak mungkin dapat kembali.

"Jika manusia di dunia ini mengagungkan sebuah cinta dalam perkawinannya,
tetapi tidak mau memberi waktu, tenaga, pikiran dan perhatian, itu semua adalah sebuah kesia-siaan. Saya sendiri yg dulu memilih dia menjadi pendamping hidup. Sewaktu dia sehat diapun dengan sabar merawat saya, mencintai saya dengan sepenuh hati dan batinnya, bukan hanya dengan matanya. Dan dia memberikan saya empat orang anak yg lucu-lucu... Sekarang dia sakit karena berkorban untuk cinta kita bersama. Saya terima itu sebagai ujian buat saya, mampukah saya memegang komitmen untuk mencintainya apa adanya..? Selamanya..? Sehatpun belum tentu saya mencari penggantinya apalagi dia dalam sakit seperti ini...."

Sahabatku sekalian... demikianlah akhirnya... Pak Suyatnopun memutuskan akan tetap merawat istrinya sampai kapanpun juga. Dia rela menghabiskan sisa hidupnya dalam keadaan seperti itu demi untuk sang istri tercinta. Subhanallah...
Semoga kita semua mampu mengambil satu hikmah dari kisah nyata di atas.
Satu pesan dari saya, love your couple... love your wife… love your husband… love your kids... with all of your heart and soul.
Saya yakin kalian semua mengerti apa yg saya maksud. Cuma sekarang satu pertanyaannya, mampukah kita mencintai suami atau istri kita tanpa batas..???
Jawabannya ada di hati kita masing-masing.

Kisah Nyata : Perjuangan Cinta Seorang Istri Sejati

PS :
Buat kalian para Suami, para Istri maupun para calon suami istri, perlu kalian tau bahwa ini adalah satu kisah 'tragis' dalam kehidupan berumah-tangga. Saya yakin kalian nanti pasti akan menyesal dan terpaksa membaca ulang dari awal jika melewatkan satu kalimat saja dalam kisah yg saya tulis ini.

Semuanya berawal dari sebuah rumah mewah di pinggiran desa, yg mana hiduplah disana sepasang suami istri, sebut saja Pak Andre dan Bu Rina.
Pak Andre adalah anak tunggal keturunan orang terpandang di desa itu, sedangkan Bu Rina adalah anak orang biasa. Namun demikian kedua orang tua Pak Andre, sangat menyayangi menantu satu-satunya itu. Karena selain rajin, patuh dan taat beribadah, Bu Rina juga sudah tidak punya saudara dan orang tua lagi. Mereka semua menjadi salah satu korban gempa beberapa tahun yg lalu.

Sekilas orang memandang, mereka adalah pasangan yg sangat harmonis. Para tetangganya pun tahu bagaimana mereka dulu merintis usaha dari kecil untuk mencapai kehidupan mapan seperti sekarang ini. Sayangnya, pasangan itu belum lengkap.
Dalam kurun waktu sepuluh tahun usia pernikahannya, mereka belum juga dikaruniai seorang anakpun. Akibatnya Pak Andre putus asa hingga walau masih sangat cinta, dia berniat untuk menceraikan sang istri, yg dianggabnya tidak mampu memberikan keturunan sebagai penerus generasi. Setelah melalui perdebatan sengit, dengan sangat sedih dan duka yg mendalam, akhirnya Bu Rina pun menyerah pada keputusan suaminya untuk tetap bercerai.

Sambil menahan perasaan yg tidak menentu, suami istri itupun menyampaikan rencana perceraian tersebut kepada orang tuanya. Orang tuanya pun menentang keras, sangat tidak setuju, tapi tampaknya keputusan Pak Andre sudah bulat. Dia tetap akan menceraikan Bu Rina.

Setelah berdebat cukup lama dan alot, akhirnya dengan berat hati kedua orang tua itu menyetujui perceraian tersebut dengan satu syarat, yaitu agar perceraian itu juga diselenggarakan dalam sebuah pesta yg sama besar seperti besarnya pesta saat mereka menikah dulu.
Karena tak ingin mengecewakan kedua orang tuanya, maka persyaratan itu pun disetujui.

Beberapa hari kemudian, pesta diselenggarakan. Saya berani sumpah bahwa itu adalah sebuah pesta yg sangat tidak membahagiakan bagi siapapun yg hadir. Pak Andre nampak tertekan, stres dan terus menenggak minuman beralkohol sampai mabuk dan sempoyongan. Sementara Bu Rina tampak terus melamun dan sesekali mengusap air mata nelangsa di pipinya.
Di sela mabuknya itu tiba-tiba Pak Andre berdiri tegap dan berkata lantang,

"Istriku, saat kamu pergi nanti... ambil saja dan bawalah serta semua barang berharga atau apapun itu yg kamu suka dan kamu sayangi selama ini..!"

Setelah berkata demikian, tak lama kemudian ia semakin mabuk dan akhirnya tak sadarkan diri.

Keesokan harinya, seusai pesta, Pak Andre terbangun dengan kepala yg masih berdenyut-denyut berat. Dia merasa asing dengan keadaan disekelilingnya, tak banyak yg dikenalnya kecuali satu. Rina istrinya, yg masih sangat ia cintai, sosok yg selama bertahun-tahun ini menemani hidupnya.
Maka, dia pun lalu bertanya,

"Ada dimakah aku..? Sepertinya ini bukan kamar kita..? Apakah aku masih mabuk dan bermimpi..? Tolong jelaskan..."

Bu Rina pun lalu menatap suaminya penuh cinta, dan dengan mata berkaca dia menjawab,

"Suamiku... ini dirumah peninggalan orang tuaku, dan mereka itu para tetangga. Kemaren kamu bilang di depan semua orang bahwa aku boleh membawa apa saja yg aku mau dan aku sayangi. Dan perlu kamu tahu, di dunia ini tidak ada satu barangpun yg berharga dan aku cintai dengan sepenuh hati kecuali kamu. Karena itulah kamu sekarang kubawa serta kemanapun aku pergi. Ingat, kamu sudah berjanji dalam pesta itu..!"

Dengan perasaan terkejut setelah tertegun sejenak dan sesaat tersadar, Pak Andre pun lalu bangun dan kemudian memeluk istrinya erat dan cukup lama sambil terdiam. Bu Rina pun hanya bisa pasrah tanpa mampu membalas pelukannya. Ia biarkan kedua tangannya tetap lemas, lurus sejajar dengan tubuh kurusnya.

"Maafkan aku istriku, aku sungguh bodoh dan tidak menyadari bahwa ternyata sebegitu dalamnya cintamu buat aku. Sehingga walau aku telah menyakitimu dan berniat menceraikanmu sekalipun, kamu masih tetap mau membawa serta diriku bersamamu dalam keadaan apapun..."

Kedua suami istri itupun akhirnya ikhlas berpelukan dan saling bertangisan melampiaskan penyesalannya masing-masing. Mereka akhirnya mengikat janji (lagi) berdua untuk tetap saling mencintai hingga ajal memisahkannya.
Yup... till death do apart..! Subhanallah...#.#.#


Tahukah kalian, apa yg dapat kita pelajari dari kisah di atas?
Kalau menurut Kang Sugeng sih begini, tujuan utama dari sebuah pernikahan itu bukan hanya untuk menghasilkan keturunan, meski diakui mendapatkan buah hati itu adalah dambaan setiap pasangan suami istri, tapi sebenarnya masih banyak hal-hal lain yg juga perlu diselami dalam hidup berumah-tangga.
Untuk itu rasanya kita perlu menyegarkan kembali tujuan kita dalam menikah yaitu peneguhan janji sepasang suami istri untuk saling mencintai, saling menjaga baik dalam keadaan suka maupun duka. Melalui kesadaran tersebut, apapun kondisi rumah tangga yg kita jalani akan menemukan suatu solusi. Sebab proses menemukan solusi dengan berlandaskan kasih sayang ketika menghadapi sebuah masalah, sebenarnya merupakan salah satu kunci keharmonisan rumah tangga kita.

"Harta dalam rumah tangga itu bukanlah terletak dari banyaknya tumpukan materi yg dimiliki, namun dari rasa kasih sayang dan cinta pasangan suami istri yg terdapat dalam keluarga tersebut. Maka jagalah harta keluarga yg sangat berharga itu..!"

Selalu Ada Keindahan Dibalik Keruwetan Hidup

Ketika saya kecil dulu... waktu itu Ibu sedang menggenggam sehelai kain, dan saya sedang asyik bermain di lantai. Spontan lalu saya melihat ke atas dan bertanya tentang apa yg Ibu lakukan. Ibupun lantas menerangkan bahwa ia sedang menyulam sesuatu di atas kain tersebut.
Tetapi saat itu saya tak percaya. Saya bilang kepadanya, bahwa yg saya lihat dari bawah hanyalah gumpalan benang yg semrawut dan ruwet tak berpola.

Dengan senyuman khasnya, Ibu lalu memandangku dan kemudian berkata lembut,
"Anakku... lanjutkan sajalah permainanmu, sementara biarkan Ibu menyelesaikan sulaman ini. Nanti ketika selesai, kamu akan Ibu panggil dan Ibu dudukkan di pangkuan Ibu. Dan kamu pasti akan dapat melihat sulaman ini dari atas."

Saat itu saya benar-benar tak habis pikir, kenapa juga Ibu susah-susah menyulamkan benang hitam dan putih sampai begitu semrawutnya.
Lalu beberapa saat kemudian, saya mendengar suara Ibu memanggil,

"Anakku, mari kesini, dan duduklah di pangkuan Ibu."

Sayapun menuruti apa yg Ibu katakan. Dan betapa takjubnya saya sesaat setelah melakukan itu. Saya kagum melihat sulaman bunga-bunga yg begitu indah, dengan latar belakang pemandangan matahari yg sedang terbit. Sungguh itu adalah maha karya yg luar biasa indah. Saya hampir tak percaya melihatnya, sebab yg saya lihat sebelumnya dari bawah hanyalah benang-benang ruwet yg begitu semrawut. Sampai akhirnya, dengan penuh kelembutan, Ibu lalu menjelaskan,

"Anakku... ketika terbentang dan kamu melihatnya dari bawah, yg nampak di sehelai kain ini memang hanya rangkaian benang yg ruwet dan kacau. Tapi sesungguhnya kamu tidak menyadari bahwa di atas kain ini sudah ada gambar yg direncanakan.
Sebuah pola yg Ibu hanya tinggal mengikutinya. Dan sekarang, dengan melihatnya dari atas kamu dapat menikmati keindahan dari apa yg ibu kerjakan selama ini."


Sering selama bertahun-tahun, saya berkhayal melihat ke atas dan bertanya kepada Allah,

"Ya Allah, apa yg Engkau lakukan?"

Ia menjawab, "Aku sedang menyulam benang-benang kehidupanmu."

Dan sayapun membantah, "Tetapi yg saya rasakan hidup ini ruwet dan kusut, benang-benangnya banyak yg berwarna hitam. Mengapa tidak semuanya memakai benang yg berwarna cerah, ya Allah?"

Kemudian Allah menjawab, "Hamba-Ku... kamu teruskan sajalah pekerjaanmu di bumi ini sementara Aku juga akan menyelesaikan pekerjaan-Ku. Dan suatu saat nanti ketika waktunya tiba, Aku akan segera memanggilmu ke surga dan mendudukkanmu di pangkuan-Ku, dan kamu akan melihat rencana-Ku yg indah dari sisi-Ku."

------o0o------


Subhanallah...
Beruntunglah orang-orang yg mampu menjaring ayat indah Allah dari keruwetan hidup di dunia ini. Semoga Allah berkenan menumbuhkan kesabaran dan mewariskan kearifan dalam hati hamba-Nya agar dapat memaknai kejadian-kejadian dalam perjalanan hidupnya di dunia. Seruwet apapun itu. Aamiin.

Allah SWT adalah Dzat Yang Maha Pengatur segala sesuatu di alam semesta ini. Kendatipun manusia punya keinginan, tetapi Allah mempunyai keputusan yg tak mungkin dapat kita ubah.
Marilah kita senantiasa bertawakal kepada-Nya.

Saya punya keinginan, kalian punya keinginan, kita semua punya keinginan. Tetapi hanya keinginan Allah SWT lah yg pasti dan akan terjadi, karena memang hanya Dialah yg Maha Tahu dan Maha Kuasa atas segala apa yg ada. Subhanallah...

disadur dari KUMPULAN CERITA PENUH HIKMAH

Tuesday, October 11, 2011

Lelaki Dan Air Mata

Rasanya mungkin aneh sewaktu saya mengatakan pada seseorang "Ayolah kawan, menangislah, Jangan simpan tangismu kalau memang ada yang ingin kamu tangisi". Mungkin (lagi !) hal tersebut tidak akan menjadi aneh kalau saya mengatakan hal tersebut pada seorang teman wanita, tapi masalahnya saya mengatakannya pada seorang teman lelaki. Namun, apakah pendapat seperti itu memang benar ataukah salah ? Tapi satu hal yang pasti, saya mengatakan hal tersebut bukan lantaran ingin menunjukkan saya lebih tegar dibanding dia dan ingin menunjukkan kelemahannya, atau biar saya bisa berbicara " ternyata dia seorang yang cengeng" atau pendapat-pendapat yang bertendensi melemahkan kaum lelaki lainnya. Tentu saya tidak berani, sebab dia ataupun kaum lelaki lainnya pasti tidak menyukai hal tersebut dan saya pasti akan mendapatkan kritik yang begitu banyak.

Ya, saya berbicara seperti itu pada teman saya karena saya merasa bahwa airmata itu bukan hanya milik kaum hawa saja, dan ini diperkuat oleh tazkiah dari sesorang yang dimuat disalah satu majalah ibukota.

Airmata hanya bisa keluar dari kehalusan perasaan ketika bersentuhan dengan hal-hal yang mengusik hati nurani kita. Tangis dan airmata tidak lantas identik dengan wanita. Namun demikian, bukan berarti lelaki itu makhluk yang tidak punya perasaan, cuma kadarnya saja yang berbeda. Yang jelas, secara umum laki-laki itu lebih "miskin" perasaannya dari pada wanita.

Lelaki yang gampang menangis juga bukan lelaki banci, dan tentu saja predikat ini sungguh sangat merendahkan derajat dan martabatnya serta sangat menyinggung harga dirinya sebagai makhluk yang (maaf) superior, sehingga menangis adalah hal yang tabu dan pantangan bagi laki-laki. Maka, sebagai laki-laki harus tahan dalam situasi apapun, jangan sampai ada butir-butir bening yang menetes dikedua pipinya, apalagi sampai dilihat orang lain. Kurang proporsionalnya laki-laki dalam memandang tangis dan airmata ini pada akhirnya akan menjadikan kaum lelaki bertambah "miskin" kehidupan emosionalnya. Sehingga sosok yang tampak adalah sosok yang kaku, penuh dengan perhitungan-perhitungan, matematis dan jauh dari sosok yang lembut hati.

Lelaki boleh menangis dan tetesan air matanya bukan sesuatu hal yang tabu untuk disaksikan, selama tangisannya bukan karena kecengengan, tapi menunjukkan betapa halus dan lembutnya persaan yang ia miliki. Kehalusan dan kelembutan perasaan ini, sama sekali tidak akan mengurangi sosok pribadi yang tegar dan tegas, tapi justru akan menjadian ia sebagai sosok pribadi yang ideal untuk dijadikan teladan bagi orang lain. Sebab kehalusan dan kelembutan perasaan akan menghasilkan sikap sabar, sedangkan ketegaran dan ketegasan akan menghasilkan sifat benar, sementara sabar dan benar adalah dua pilar yang harus dimiliki oleh laki-laki yang ingin sukses menjalankan fungsi ke-qowam-annya.

Memupuk sikap benar dengan mengenyampingkan sifat sabar, menyebabkan sayap' ke-qowam-an menjadi tidak seimbang. Mengasuh kehalusan, kelembutan, dan kepekaan rasa, sebenarnya bukan hanya untuk kaum wanita, sebab dalam batas yang proposional menjadi hal yang harus dimiliki juga oleh laki-laki. Misalnya dalam hal kewajibannya mendidik wanita yang menjadi istrinya, maka mau tidak mau dia harus menyelami kehidupan emosional dan karekteristik perasaan istrinya, sehingga dia akan mampu 'mengendalikan' istrinya itu. apalagi bila istrinya itu memiliki karekteristik yang khas dan sedikit 'rumit', tentu saja ini semua membutuhkan kepekaan rasa.

Demikian juga tangis dan air mata, bukan hanya milik wanita, tapi juga milik laki-laki. Maka, jangan simpan tangismu wahai lelaki, bila ada sesuatu yang membuat kau ingin menangis, sebab tangis tidak selamanya identik dengan kecengengan kalau itu benar keluar dari kehalusan dan kelembutan rasa. sementara kehalusan dan kelembutan rasa bukan hanya milik kaum wanita, tapi juga milik lelaki, sebab adalah sesuatu yang universal, setiap orang pasti punya meski dengan kadar yang bebeda.

Wallahu A'lam bisshawab. (** Imdp)

CINTA LAKI-LAKI BIASA (True Story)

Menjelang hari H, Nania masih saja sulit mengungkapkan alasan kenapa dia mau menikah dengan lelaki itu. Baru setelah menengok ke belakang, hari-hari yang dilalui, gadis cantik itu sadar, keheranan yang terjadi bukan semata miliknya, melainkan menjadi milik banyak orang; Papa dan Mama, kakak-kakak, tetangga, dan teman-teman Nania. Mereka ternyata sama herannya.

Kenapa? Tanya mereka di hari Nania mengantarkan surat undangan.

Saat itu teman-teman baik Nania sedang duduk di kantin menikmati hari-hari sidang yang baru saja berlalu. Suasana sore di kampus sepi. Berpasang-pasang mata tertuju pada gadis itu.

Tiba-tiba saja pipi Nania bersemu merah, lalu matanya berpijar bagaikan lampu neon limabelas watt. Hatinya sibuk merangkai kata-kata yg barangkali beterbangan di otak melebihi kapasitas. Mulut Nania terbuka. Semua menunggu. Tapi tak ada apapun yang keluar dari sana. Ia hanya menarik nafas, mencoba bicara dan? menyadari, dia tak punya kata-kata!

Dulu gadis berwajah indo itu mengira punya banyak jawaban, alasan detil dan spesifik, kenapa bersedia menikah dengan laki-laki itu. Tapi kejadian di kampus adalah kali kedua Nania yang pintar berbicara mendadak gagap. Yang pertama terjadi tiga bulan lalu saat Nania menyampaikan keinginan Rafli untuk melamarnya. Arisan keluarga Nania dianggap momen yang tepat karena semua berkumpul, bahkan hingga generasi ketiga, sebab kakak-kakaknya yang sudah berkeluarga membawa serta buntut mereka.

Kamu pasti bercanda!

Nania kaget. Tapi melihat senyum yang tersungging di wajah kakak tertua, disusul senyum serupa dari kakak nomor dua, tiga, dan terakhir dari Papa dan Mama membuat Nania menyimpulkan: mereka serius ketika mengira Nania bercanda.

Suasana sekonyong-konyong hening. Bahkan keponakan-keponakan Nania yang balita melongo dengan gigi-gigi mereka yang ompong. Semua menatap Nania!

Nania serius! tegasnya sambil menebak-nebak, apa lucunya jika Rafli memang melamarnya.

Tidak ada yang lucu, suara Papa tegas, Papa hanya tidak mengira Rafli berani melamar anak Papa yang paling cantik!

Nania tersenyum. Sedikit lega karena kalimat Papa barusan adalah pertanda baik. Perkiraan Nania tidak sepenuhnya benar sebab setelah itu berpasang-pasang mata kembali menghujaninya, seperti tatapan mata penuh selidik seisi ruang pengadilan pada tertuduh yang duduk layaknya pesakitan.

Tapi Nania tidak serius dengan Rafli, kan? Mama mengambil inisiatif bicara, masih seperti biasa dengan nada penuh wibawa, maksud Mama siapa saja boleh datang melamar siapapun, tapi jawabannya tidak harus iya, toh?

Nania terkesima.

Kenapa?

Sebab kamu gadis Papa yang paling cantik.

Sebab kamu paling berprestasi dibandingkan kami. Mulai dari ajang busana, sampai lomba beladiri. Kamu juga juara debat bahasa Inggris, juara baca puisi seprovinsi. Suaramu bagus!

Sebab masa depanmu cerah. Sebentar lagi kamu meraih gelar insinyur. Bakatmu yang lain pun luar biasa. Nania sayang, kamu bisa mendapatkan laki-laki manapun yang kamu mau!

Nania memandangi mereka, orang-orang yang amat dia kasihi, Papa, kakak-kakak, dan terakhir Mama. Takjub dengan rentetan panjang uraian mereka atau satu kata 'kenapa' yang barusan Nania lontarkan.

Nania Cuma mau Rafli, sahutnya pendek dengan airmata mengambang di kelopak.

Hari itu dia tahu, keluarganya bukan sekadar tidak suka, melainkan sangat tidak menyukai Rafli. Ketidaksukaan yang mencapai stadium empat. Parah.

Tapi kenapa?

Sebab Rafli cuma laki-laki biasa, dari keluarga biasa, dengan pendidikan biasa, berpenampilan biasa, dengan pekerjaan dan gaji yg amat sangat biasa.

Bergantian tiga saudara tua Nania mencoba membuka matanya.

Tak ada yang bisa dilihat pada dia, Nania!

Cukup!

Nania menjadi marah. Tidak pada tempatnya ukuran-ukuran duniawi menjadi parameter kebaikan seseorang menjadi manusia. Di mana iman, di mana tawakkal hingga begitu mudah menentukan masa depan seseorang dengan melihat pencapaiannya hari ini?

Sayangnya Nania lagi-lagi gagal membuka mulut dan membela Rafli. Barangkali karena Nania memang tidak tahu bagaimana harus membelanya. Gadis itu tak punya fakta dan data konkret yang bisa membuat Rafli tampak 'luar biasa'. Nania Cuma punya idealisme berdasarkan perasaan yang telah menuntun Nania menapaki hidup hingga umur duapuluh tiga. Dan nalurinya menerima Rafli. Di sampingnya Nania bahagia.

Mereka akhirnya menikah.

***

Setahun pernikahan.

Orang-orang masih sering menanyakan hal itu, masih sering berbisik-bisik di belakang Nania, apa sebenarnya yang dia lihat dari Rafli. Jeleknya, Nania masih belum mampu juga menjelaskan kelebihan-kelebihan Rafli agar tampak di mata mereka.

Nania hanya merasakan cinta begitu besar dari Rafli, begitu besar hingga Nania bisa merasakannya hanya dari sentuhan tangan, tatapan mata, atau cara dia meladeni Nania. Hal-hal sederhana yang membuat perempuan itu sangat bahagia.

Tidak ada lelaki yang bisa mencintai sebesar cinta Rafli pada Nania.

Nada suara Nania tegas, mantap, tanpa keraguan.

Ketiga saudara Nania hanya memandang lekat, mata mereka terlihat tak percaya.

Nia, siapapun akan mudah mencintai gadis secantikmu! Kamu adik kami yang tak hanya cantik, tapi juga pintar! Betul. Kamu adik kami yang cantik, pintar, dan punya kehidupan sukses!

Nania merasa lidahnya kelu. Hatinya siap memprotes. Dan kali ini dilakukannya sungguh-sungguh. Mereka tak boleh meremehkan Rafli.

Beberapa lama keempat adik dan kakak itu beradu argumen.

Tapi Rafli juga tidak jelek, Kak!
Betul. Tapi dia juga tidak ganteng kan?

Rafli juga pintar!
Tidak sepintarmu, Nania.

Rafli juga sukses, pekerjaannya lumayan. Hanya lumayan, Nania. Bukan sukses. Tidak sepertimu.

Seolah tak ada apapun yang bisa meyakinkan kakak-kakaknya, bahwa adik mereka beruntung mendapatkan suami seperti Rafli. Lagi-lagi percuma.

Lihat hidupmu, Nania. Lalu lihat Rafli!
Kamu sukses, mapan, kamu bahkan tidak perlu lelaki untuk menghidupimu.

Teganya kakak-kakak Nania mengatakan itu semua. Padahal adik mereka sudah menikah dan sebentar lagi punya anak.

Ketika lima tahun pernikahan berlalu, ocehan itu tak juga berhenti. Padahal Nania dan Rafli sudah memiliki dua orang anak, satu lelaki dan satu perempuan. Keduanya menggemaskan. Rafli bekerja lebih rajin setelah mereka memiliki anak-anak. Padahal itu tidak perlu sebab gaji Nania lebih dari cukup untuk hidup senang. Tak apa, kata lelaki itu, ketika Nania memintanya untuk tidak terlalu memforsir diri. Gaji Nania cukup, maksud Nania jika digabungkan dengan gaji Abang.

Nania tak bermaksud menyinggung hati lelaki itu. Tapi dia tak perlu khawatir sebab suaminya yang berjiwa besar selalu bisa menangkap hanya maksud baik..

Sebaiknya Nania tabungkan saja, untuk jaga-jaga. Ya? Lalu dia mengelus pipi Nania dan mendaratkan kecupan lembut. Saat itu sesuatu seperti kejutan listrik menyentakkan otak dan membuat pikiran Nania cerah.

Inilah hidup yang diimpikan banyak orang. Bahagia!

Pertanyaan kenapa dia menikahi laki-laki biasa, dari keluarga biasa, dengan pendidikan biasa, berpenampilan biasa, dengan pekerjaan dan gaji yang amat sangat biasa, tak lagi mengusik perasaan Nania. Sebab ketika bahagia, alasan-alasan menjadi tidak penting.

Menginjak tahun ketujuh pernikahan, posisi Nania di kantor semakin gemilang, uang mengalir begitu mudah, rumah Nania besar, anak-anak pintar dan lucu, dan Nania memiliki suami terbaik di dunia. Hidup perempuan itu berada di puncak!

Bisik-bisik masih terdengar, setiap Nania dan Rafli melintas dan bergandengan mesra. Bisik orang-orang di kantor, bisik tetangga kanan dan kiri, bisik saudara-saudara Nania, bisik Papa dan Mama.

Sungguh beruntung suaminya. Istrinya cantik.
Cantik ya? dan kaya!

Tak imbang!

Dulu bisik-bisik itu membuatnya frustrasi. Sekarang pun masih, tapi Nania belajar untuk bersikap cuek tidak peduli. Toh dia hidup dengan perasaan bahagia yang kian membukit dari hari ke hari.

Tahun kesepuluh pernikahan, hidup Nania masih belum bergeser dari puncak. Anak-anak semakin besar. Nania mengandung yang ketiga. Selama kurun waktu itu, tak sekalipun Rafli melukai hati Nania, atau membuat Nania menangis.

***

Bayi yang dikandung Nania tidak juga mau keluar. Sudah lewat dua minggu dari waktunya.

Plasenta kamu sudah berbintik-bintik. Sudah tua, Nania. Harus segera dikeluarkan!

Mula-mula dokter kandungan langganan Nania memasukkan sejenis obat ke dalam rahim Nania. Obat itu akan menimbulkan kontraksi hebat hingga perempuan itu merasakan sakit yang teramat sangat. Jika semuanya normal, hanya dalam hitungan jam, mereka akan segera melihat si kecil.

Rafli tidak beranjak dari sisi tempat tidur Nania di rumah sakit. Hanya waktu-waktu shalat lelaki itu meninggalkannya sebentar ke kamar mandi, dan menunaikan shalat di sisi tempat tidur. Sementara kakak-kakak serta orangtua Nania belum satu pun yang datang.

Anehnya, meski obat kedua sudah dimasukkan, delapan jam setelah obat pertama, Nania tak menunjukkan tanda-tanda akan melahirkan. Rasa sakit dan melilit sudah dirasakan Nania per lima menit, lalu tiga menit. Tapi pembukaan berjalan lambat sekali.

Baru pembukaan satu. Belum ada perubahan, Bu. Sudah bertambah sedikit, kata seorang suster empat jam kemudian menyemaikan harapan.

Sekarang pembukaan satu lebih sedikit. Nania dan Rafli berpandangan. Mereka sepakat suster terakhir yang memeriksa memiliki sense of humor yang tinggi.

Tigapuluh jam berlalu. Nania baru pembukaan dua. Ketika pembukaan pecah, didahului keluarnya darah, mereka terlonjak bahagia sebab dulu-dulu kelahiran akan mengikuti setelah ketuban pecah. Perkiraan mereka meleset.

Masih pembukaan dua, Pak! Rafli tercengang. Cemas. Nania tak bisa menghibur karena rasa sakit yang sudah tak sanggup lagi ditanggungnya. Kondisi perempuan itu makin payah. Sejak pagi tak sesuap nasi pun bisa ditelannya.

Bang? Rafli termangu. Iba hatinya melihat sang istri memperjuangkan dua kehidupan.

Dokter?

Kita operasi, Nia. Bayinya mungkin terlilit tali pusar.

Mungkin? Rafli dan Nania berpandangan. Kenapa tidak dari tadi kalau begitu? Bagaimana jika terlambat?

Mereka berpandangan, Nania berusaha mengusir kekhawatiran. Ia senang karena Rafli tidak melepaskan genggaman tangannya hingga ke pintu kamar operasi. Ia tak suka merasa sendiri lebih awal.

Pembiusan dilakukan, Nania digiring ke ruangan serba putih. Sebuah sekat ditaruh di perutnya hingga dia tidak bisa menyaksikan ketrampilan dokter-dokter itu. Sebuah lagu dimainkan. Nania merasa berada dalam perahu yang diguncang ombak. Berayun-ayun. Kesadarannya naik-turun. Terakhir, telinga perempuan itu sempat menangkap teriakan-teriakan di sekitarnya, dan langkah-langkah cepat yang bergerak, sebelum kemudian dia tak sadarkan diri.

Kepanikan ada di udara. Bahkan dari luar Rafli bisa menciumnya. Bibir lelaki itu tak berhenti melafalkan zikir.

Seorang dokter keluar, Rafli dan keluarga Nania mendekat.

Pendarahan hebat!

Rafli membayangkan sebuah sumber air yang meluap, berwarna merah. Ada varises di mulut rahim yang tidak terdeteksi dan entah bagaimana pecah! Bayi mereka selamat, tapi Nania dalam kondisi kritis.

Mama Nania yang baru tiba, menangis. Papa termangu lama sekali. Saudara-saudara Nania menyimpan isak, sambil menenangkan orangtua mereka.

Rafli seperti berada dalam atmosfer yang berbeda. Lelaki itu tercenung beberapa saat, ada rasa cemas yang mengalir di pembuluh-pembuluh darahnya dan tak bisa dihentikan, menyebar dan meluas cepat seperti kanker.

Setelah itu adalah hari-hari penuh doa bagi Nania.

***

Sudah seminggu lebih Nania koma. Selama itu Rafli bolak-balik dari kediamannya ke rumah sakit. Ia harus membagi perhatian bagi Nania dan juga anak-anak. Terutama anggota keluarganya yang baru, si kecil. Bayi itu sungguh menakjubkan, fisiknya sangat kuat, juga daya hisapnya. Tidak sampai empat hari, mereka sudah oleh membawanya pulang.

Mama, Papa, dan ketiga saudara Nania terkadang ikut menunggui Nania di rumah sakit, sesekali mereka ke rumah dan melihat perkembangan si kecil. Walau tak banyak, mulai terjadi percakapan antara pihak keluarga Nania dengan Rafli.

Lelaki itu sungguh luar biasa. Ia nyaris tak pernah meninggalkan rumah sakit, kecuali untuk melihat anak-anak di rumah. Syukurnya pihak perusahaan tempat Rafli bekerja mengerti dan memberikan izin penuh. Toh, dedikasi Rafli terhadap kantor tidak perlu diragukan.

Begitulah Rafli menjaga Nania siang dan malam. Dibawanya sebuah Quran kecil, dibacakannya dekat telinga Nania yang terbaring di ruang ICU. Kadang perawat dan pengunjung lain yang kebetulan menjenguk sanak famili mereka, melihat lelaki dengan penampilan sederhana itu bercakap-cakap dan bercanda mesra..

Rafli percaya meskipun tidak mendengar, Nania bisa merasakan kehadirannya.

Nania, bangun, Cinta? Kata-kata itu dibisikkannya berulang-ulang sambil mencium tangan, pipi dan kening istrinya yang cantik.

Ketika sepuluh hari berlalu, dan pihak keluarga mulai pesimis dan berfikir untuk pasrah, Rafli masih berjuang. Datang setiap hari ke rumah sakit, mengaji dekat Nania sambil menggenggam tangan istrinya mesra. Kadang lelaki itu membawakan buku-buku kesukaan Nania ke rumah sakit dan membacanya dengan suara pelan. Memberikan tambahan di bagian ini dan itu. Sambil tak bosan-bosannya berbisik,

Nania, bangun, Cinta? Malam-malam penantian dilewatkan Rafli dalam sujud dan permohonan. Asalkan Nania sadar, yang lain tak jadi soal. Asalkan dia bisa melihat lagi cahaya di mata kekasihnya, senyum di bibir Nania, semua yang menjadi sumber semangat bagi orang-orang di sekitarnya, bagi Rafli.

Rumah mereka tak sama tanpa kehadiran Nania. Anak-anak merindukan ibunya. Di luar itu Rafli tak memedulikan yang lain, tidak wajahnya yang lama tak bercukur, atau badannya yang semakin kurus akibat sering lupa makan.

Ia ingin melihat Nania lagi dan semua antusias perempuan itu di mata, gerak bibir, kernyitan kening, serta gerakan-gerakan kecil lain di wajahnya yang cantik. Nania sudah tidur terlalu lama.

Pada hari ketigapuluh tujuh doa Rafli terjawab. Nania sadar dan wajah penat Rafli adalah yang pertama ditangkap matanya.

Seakan telah begitu lama. Rafli menangis, menggenggam tangan Nania dan mendekapkannya ke dadanya, mengucapkan syukur berulang-ulang dengan airmata yang meleleh.

Asalkan Nania sadar, semua tak penting lagi.

Rafli membuktikan kata-kata yang diucapkannya beratus kali dalam doa. Lelaki biasa itu tak pernah lelah merawat Nania selama sebelas tahun terakhir. Memandikan dan menyuapi Nania, lalu mengantar anak-anak ke sekolah satu per satu. Setiap sore setelah pulang kantor, lelaki itu cepat-cepat menuju rumah dan menggendong Nania ke teras, melihat senja datang sambil memangku Nania seperti remaja belasan tahun yang sedang jatuh cinta.

Ketika malam Rafli mendandani Nania agar cantik sebelum tidur. Membersihkan wajah pucat perempuan cantik itu, memakaikannya gaun tidur. Ia ingin Nania selalu merasa cantik. Meski seringkali Nania mengatakan itu tak perlu. Bagaimana bisa merasa cantik dalam keadaan lumpuh?

Tapi Rafli dengan upayanya yang terus-menerus dan tak kenal lelah selalu meyakinkan Nania, membuatnya pelan-pelan percaya bahwa dialah perempuan paling cantik dan sempurna di dunia. Setidaknya di mata Rafli.

Setiap hari Minggu Rafli mengajak mereka sekeluarga jalan-jalan keluar. Selama itu pula dia selalu menyertakan Nania. Belanja, makan di restoran, nonton bioskop, rekreasi ke manapun Nania harus ikut. Anak-anak, seperti juga Rafli, melakukan hal yang sama, selalu melibatkan Nania. Begitu bertahun-tahun.

Awalnya tentu Nania sempat merasa risih dengan pandangan orang-orang di sekitarnya. Mereka semua yang menatapnya iba, lebih-lebih pada Rafli yang berkeringat mendorong kursi roda Nania ke sana kemari. Masih dengan senyum hangat di antara wajahnya yang bermanik keringat.

Lalu berangsur Nania menyadari, mereka, orang-orang yang ditemuinya di jalan, juga tetangga-tetangga, sahabat, dan teman-teman Nania tak puas hanya memberi pandangan iba, namun juga mengomentari, mengoceh, semua berbisik-bisik.

Baik banget suaminya! Lelaki lain mungkin sudah cari perempuan kedua!

Nania beruntung! Ya, memiliki seseorang yang menerima dia apa adanya.

Tidak, tidak cuma menerima apa adanya, kalian lihat bagaimana suaminya memandang penuh cinta. Sedikit pun tak pernah bermuka masam!

Bisik-bisik serupa juga lahir dari kakaknya yang tiga orang, Papa dan Mama.

Bisik-bisik yang serupa dengungan dan sempat membuat Nania makin frustrasi, merasa tak berani, merasa?

Tapi dia salah. Sangat salah. Nania menyadari itu kemudian. Orang-orang di luar mereka memang tetap berbisik-bisik, barangkali selamanya akan selalu begitu. Hanya saja, bukankah bisik-bisik itu kini berbeda bunyi?

Dari teras Nania menyaksikan anak-anaknya bermain basket dengan ayah mereka.. Sesekali perempuan itu ikut tergelak melihat kocak permainan.

Ya. Duapuluh dua tahun pernikahan. Nania menghitung-hitung semua, anak-anak yang beranjak dewasa, rumah besar yang mereka tempati, kehidupan yang lebih dari yang bisa dia syukuri. Meski tubuhnya tak berfungsi sempurna. Meski kecantikannya tak lagi sama karena usia, meski karir telah direbut takdir dari tangannya.

Waktu telah membuktikan segalanya. Cinta luar biasa dari laki-laki biasa yang tak pernah berubah, untuk Nania.

Seperti yg diceritakan oleh seorang sahabat..

- Asma Nadia -

Dimana Dia ..... ??

Assalamu'alaikum. Wr. Wb

Buat sobat-sobat Ikhwan.......


Wahai Para Kesatria, pewaris tanah pusaka
Mengapa dikau gundah gulana
Bukankah terbentang luas taman indah nan warna-warni
Tidakkah kau cium harum semerbak bunga bertebaran di kanan kirimu
Atau kurang cukupkah samudera permata nan elok lagi bersinar menghiasimu

Wahai pemuda pewaris masa depan
Tataplah jauh ke muka
Ada beban luhur yang harus segera engkau pikul
Akan masih banyak tugas menanti untuk engkau ambil alih
Di mana tak akan mampu engkau memikulnya seorang diri
Engkau butuh penghibur yang akan senantiasa menguatkan hatimu ketika dirundung kesenduan
Engkau butuh pendukung yang membuatmu betah berjalan tegak di setiap tugas risalah yang kau tanggung

Wahai temanku yang masih sendiri,
Segeralah temukan teman hidupmu
penyejuk jiwamu kelak

Carilah dia karena sesungguhnya dia itu telah dekat.

Lebarkan matamu, dan buka mata hatimu
Tajamkan pendengaran, dan simak suara kalbumu

Barangkali sang dia telah berada dekatmu
Hanya engkau mempunyai angan yang terlalu tinggi

Mungkin dia berada persis di hadapanmu
Namun engau tidak mau menerima dia apa adanya

Duhai shobatku yang kesepian
Janganlah engkau sia-siakan perhiasan terindah di dunia itu
Kalau dia belum belum berkilau, tugasmulah tuk mengkilapkannya.
Andai dia belum terlihat elok, tanggung jawabmulah untuk menghiasi dirinya dengan perhiasan ahlak yang mulia
Jika dia belum bersinar terang, ladang amalmu-lah untuk menyempurnakan
cahayanya yang masih tersingkap

Lalu apakah lagi yang engkau tunggu... wahai manusia yang telah diciptakan
Rabb-nya secara sempurna..


Wassalamu'alaikum

Saturday, October 8, 2011

Kisah Sebuah Pernikahan

Hari pernikahanku. Hari yang paling bersejarah dalam hidup. Seharusnya

saat itu aku menjadi makhluk yang paling berbahagia. Tapi yang aku rasakan

justru rasa haru biru. Betapa tidak. Di hari bersejarah ini tak ada

satupun sanak saudara yang menemaniku ke tempat mempelai wanita. Apalagi ibu.

Beliau yang paling keras menentang perkawinanku.

Masih kuingat betul perkataan ibu tempo hari, "Jadi juga kau nikah sama

'buntelan karung hitam' itu ....?!?"

Duh......, hatiku sempat kebat-kebit mendengar ucapan itu. Masa calon

istriku disebut 'buntelan karung hitam'.

"Kamu sudah kena pelet barangkali Yanto. Masa suka sih sama gadis hitam,

gendut dengan wajah yang sama sekali tak menarik dan cacat kakinya. Lebih

tua beberapa tahun lagi dibanding kamu !!" sambung ibu lagi.

"Cukup Bu! Cukup! Tak usah ibu menghina sekasar itu. Dia kan ciptaan

Allah. Bagaimana jika pencipta-Nya marah sama ibu...?" Kali ini aku terpaksa

menimpali ucapan ibu dengan sedikit emosi. Rupanya ibu amat tersinggung

mendengar ucapanku.

"Oh.... rupanya kau lebih memillih perempuan itu ketimbang keluargamu.

baiklah Yanto. Silahkan kau menikah tapi jangan harap kau akan dapatkan

seorang dari kami ada di tempatmu saat itu. Dan jangan kau bawa perempuan

itu ke rumah ini !!"

DEGG !!!!

"Yanto.... jangan bengong terus. Sebentar lagi penghulu tiba," teguran

Ismail membuyarkan lamunanku.

Segera kuucapkan istighfar dalam hati.

"Alhamdulillah penghulu sudah tiba. Bersiaplah ...akhi," sekali lagi

Ismail memberi semangat padaku.

"Aku terima nikahnya, kawinnya Shalihah binti Mahmud almarhum dengan mas

kawin seperangkat alat sholat tunai !" Alhamdulillah lancar juga aku

mengucapkan aqad nikah.

"Ya Allah hari ini telah Engkau izinkan aku untuk meraih setengah dien.

Mudahkanlah aku untuk meraih sebagian yang lain."

Dikamar yang amat sederhana. Di atas dipan kayu ini aku tertegun lama.

Memandangi istriku yang tengah tertunduk larut dalam dan diam. Setelah

sekian lama kami saling diam, akhirnya dengan membaca basmalah dalam hati

kuberanikan diri untuk menyapanya.

"Assalamu'alaikum .... permintaan hafalan Qur'annya mau di cek kapan

De'...?" tanyaku sambil memandangi wajahnya yang sejak tadi disembunyikan

dalam tunduknya. Sebelum menikah, istriku memang pernah meminta malam

pertama hingga ke sepuluh agar aku membacakan hafalan Qur'an

tiap malam satu juz. Dan permintaan itu telah aku setujui. "Nanti saja

dalam qiyamullail," jawab istriku, masih dalam tunduknya. Wajahnya yang

berbalut kerudung putih, ia sembunyikan dalam-dalam. Saat kuangkat

dagunya, ia seperti ingin menolak. Namun ketika aku beri isyarat bahwa aku

suaminya dan berhak untuk melakukan itu , ia menyerah.

Kini aku tertegun lama. Benar kata ibu ..bahwa wajah istriku 'tidak

menarik'. Sekelebat pikiran itu muncul ....dan segera aku mengusirnya.

Matanya berkaca-kaca menatap lekat pada bola mataku.

"Bang, sudah saya katakan sejak awal ta'aruf, bahwa fisik saya seperti

ini. Kalau Abang kecewa, saya siap dan ikhlas. Namun bila Abang tidak menyesal

beristrikan saya, mudah-mudahan Allah memberikan keberkahan yang banyak

untuk Abang. Seperti keberkahan yang Allah limpahkan kepada Ayahnya Imam

malik yang ikhlas menerima sesuatu yang tidak ia sukai pada istrinya.

Saya ingin mengingatkan Abang akan firman Allah yang dibacakan ibunya Imam

Malik pada suaminya pada malam pertama pernikahan mereka," ...

Dan bergaullah dengan mereka (istrimu) dengat patut (ahsan). Kemudian

bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak

menyukai sesuatu, padahal Allah menjanjikan padanya kebaikan yang

banyak."

(QS An-Nisa:19)

Mendengar tutur istriku, kupandangi wajahnya yang penuh dengan air mata

itu lekat-lekat. Aku teringat kisah suami yang rela menikahi seorang wanita

yang memiliki cacat itu. Dari rahim wanita itulah lahir Imam Malik, ulama

besar ummat Islam yang namanya abadi dalam sejarah.

"Ya Rabbi aku menikahinya karena Mu. Maka turunkanlah rasa cinta dan

kasih sayang milikMu pada hatiku untuknya. Agar aku dapat mencintai dan

menyayanginya dengan segenap hati yang ikhlas."

Pelan kudekati istriku. Lalu dengan bergetar, kurengkuh tubuhya dalam

dekapku. Sementara, istriku menangis tergugu dalam wajah yang masih

menyisakan segumpal ragu.

"Jangan memaksakan diri untuk ikhlas menerima saya, Bang. Sungguh... saya

siap menerima keputusan apapun yang terburuk," ucapnya lagi.

"Tidak...De'.

Sungguh sejak awal niat Abang menikahimu karena Allah.

Sudah teramat bulat niat itu. Hingga Abang tidak menghiraukan ketika

seluruh keluarga memboikot untuk tak datang tadi pagi," paparku sambil

menggenggam erat tangannya.

Malam telah naik ke puncaknya pelan-pelan. Dalam lengangnya bait-bait

do'a kubentangkan pada Nya.

"Robbi, tak dapat kupungkiri bahwa kecantikan wanita dapat mendatangkan

cinta buat laki-laki. Namun telah kutepis memilih istri karena rupa yang

cantik karena aku ingin mendapatkan cinta-Mu. Robbi saksikanlah malam ini

akan kubuktikan bahwa cinta sejatiku hanya akan kupasrahkan pada-Mu.

Karera itu, pertemukanlah aku dengan-Mu dalam Jannah-Mu !"

Aku beringsut menuju pembaringan yang amat sederhana itu. Lalu kutatap

raut wajah istriku denan segenap hati yang ikhlas. Ah, .. sekarang aku

benar-benar mencintainya. Kenapa tidak? Bukankah ia wanita sholihah

sejati. Ia senantiasa menegakkan malam-malamnya dengan munajat panjang pada-Nya.

Ia senantiasa menjaga hafalan KitabNya. Dan senantiasa melaksanakan shoum

sunnah Rasul Nya. "...dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah

tandingan-tandingan selain Allah. Mereka mencintainya sebagaimana mereka

mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya

pada Allah ..." (QS. al-Baqarah:165)

=========================================

Ya Allah sesungguhnya aku ini lemah , maka kuatkanlah aku dan aku ini

hina maka muliakanlah aku

dan aku fakir maka kayakanlah aku wahai Dzat yang maha Pengasih