Ads 468x60px

Friday, June 15, 2012

Puisi Islami 2012

Ampuni Aku Ya ALLAH...
sebuah jalan yang memang tak berujung
walau telah kelihatan menyempit dan menghilang
begitu pula asaku kepada-Mu
ketika aku mau, aku berharap lalu berucap
berucap memohon kepada-Mu
dan ketika tak tertuju-tuju aku mulai meninggalkanmu
aku memang belumlah manusia beriman sempurna
kadang rasa lelah putus asa datang mengodaku
dan membuatku lupa dengan apa yang ku mau
tapi tidak seperti-Mu
walau tampak seperti jalan buntu
sesungguhnya KAU tidak melupakan yang kumau
berkali-kali aku tahu dan menyadari itu
bahwa KAU telah punya maksud tertentu
ya Alllah..... ampuni aku...


TUHAN, Islamkah aku? 
Islam agamaku, nomor satu di dunia
Islam benderaku, berkibar dimana-mana
Islam tempat ibadahku, mewah bagai istana
Islam tempat sekolahku, tak kalah dengan lainnya
Islam sorbanku
Islam sajadahku
Islam kitabku
Islam podiumku, kelas eksklusif yang mengubah cara dunia memandangku Tempat aku menusuk kanan-kiri
Islam media-massaku, gaya komunikasi islami masa kini Tempat aku menikam sana-sini
Islam organisasiku
Islam perusahaanku
Islam yayasanku
Islam instansiku, menara dengan seribu pengeras suara
Islam muktamarku, forum hiruk-pikuk tiada tara
Islam bursaku
Islam warungku, hanya menjual makanan sorgawi
Islam supermarketku, melayani segala keperluan manusiawi
Islam makananku
Islam teaterku, menampilkan karakter-karakter suci
Islam festivalku, memeriahkan hari-hari mati
Islam kausku
Islam pentasku
Islam seminarku, membahas semua
Islam upacaraku, menyambut segala
Islam puisiku, menyanyikan apa
Tuhan, Islamkah aku? 


Kini Ku Sadari:
Karena jahil silaulah mata Oleh gemerlap dan indahnya dunia
Kuturuti nafsu angkara murka Seakan dunia tiada pana
Kini kusadari Sejauh apapun kaki ini melangkah
Tak akan mampu aku menghindari-Mu
Kemanapun wajah ini kupalingkan
Tak kan lepas aku dari tatapan-Mu


Alangkah pekatnya noda hitamnya tiada tara
Betapa rugi yang ku derita
Semoga taubatku kan KAU terima
Wahai Penguasa alam semesta
Aku lemah tiada berdaya
Duhai Pencipta seisi jagat raya
Ampuni aku atas segala dosa 


Tafakur;
Di keheningan malam ku ketuk rumah-Mu
Bercucurlh air mataku
Meminta belaian kasih-Mu
Menghapus setumpuk dosaku
Ini tubuh berlumpur-lumpur
Terendam di dalam kubur
Hidup hanyalah penghibur
Tak tau arti bersyukur


"Astagfirullahhaladziim...
Begitu dzolimnya aku...
Begitu tamaknya aku...
Begitu hinanya diriku...
Seandainya ada seberkas cahaya ampunan-Mu,
Ku juhudkan diriku dari keduniawian...


Nah itulah tadi Puisi Islami - Puisi Islami Terbaru 2012 - Puisi Islam - Kumpulan Puisi Islami - Puisi - Contoh Puisi Islami. Semoga menjadi hal yang bisa melahirkan sebuah manfaat untuk semuanya.
Terima kasih.

Puisi Kangen, Rindu 2012

Kali ini saya coba hadirkan lagi yang tak kalah menyentuhnya dengan "Puisi Kangen". Oke deh kita Simak aja langsung yah; 


Semoga Rindu Cepat Berakhir: 
Jika bintang-bintang sudah tidak dapat lagi menemani
Biarlah ku nikmati kesunyian ini...


Jika puisi indah sudah tak dapat lagi mewakili perasaan ini
Biarlah ku nikmati kehampaan ini...
 Mungkin air mata yang tulus akan lebih bermakna dari pada tawa penuh dusta
Semoga kerinduan ini akan segera berakhir...
Seiring ku dapatkan kerinduan baru yang lebih bermakna dan dapat membuat ku bahagia... 


Rindu bukanlah angin:
Tapi air mata bukanlah hujan 
Yang membasahi lentik bulu mata
Membiarkanku menyeka embun di pipimu yang mawar
Tapi jiwa bukanlah gemuruh yang memetik dawai di jemari
Membiarkan tanganmu dan tanganku bertelangkup dalam getar
Tapi rindu bukanlah angin yang datang dan pergi
tanpa mampu mengejarnya...


Bayang bayang rindu: 
Semilir rasa membelai jiwa tercium aroma yang jauh disana
Adakah sama yang kau rasa disini aku ingat dirimu saja
Bayang-bayang rindu hiasi dalam beranda
Warna-warna canda tawa dirimu yang jauh disana
Terngiang suara ditelinga merdu membisikkan kata
Penuhi ruang rindu di jiwa darimu yang jauh disana
Rindu padamu sungguh aku rasa beranda hatiku hanya gambarmu saja
Engkau yang jauh disana semoga merasakan rinduku juga...


Mengambang dalam batas yang tak tercapai: 
Sunyi malam tenggelam dalam cahaya bulan
langit-langit kita:
mengambang dalam batas yang tak tercapai
Daun-daun menggigil dekapan angin di musim gugur
lagi-lagi kita:
merinding dalam hasrat yang tak tergapai
Jarak membungkus kita dalam mil-mil kesunyian 
tapi rindu membuat hati melekat denganmu
Lalu berbaring saling terpaku, 
“Dekatlah daku, Dekaplah daku.”
Bulan terguling ke dalam kelambu. 


Senyum yang menjadi rahasia bibirmu:
Selalu ada puisi untukmu
semua kata yang tujuannya menggambarkan debar bagaimana indahnya
ingin kupanggil namamu,
Senyum yang menjadi rahasia bibirmu kuperam dalam jantungku
Tumbuh satu per satu menggetarkan sunyi, bermekaran di antara jemari


Sebagian terperangkap ke dalam sajak
sebagian terlepas menjelma kepak
kepak renjana...
Jangan risaukan
kata-kata yang tak terucapkan biarkan menggenang dalam kolam ingatan
atau angin menyingkap rinduku yang tersembunyi di dedaunan
dan melepaskannya padamu dalam bentuk musim gugur yang indah...


Nah itulah tadi Puisi Kangen - Puisi Rindu - Puisi Rindu Terbaru - Puisi Rindu Terbaru 2012 - Puisi Rindu Pada Kekasih. Semoga bisa menjadi sebuah inspirasi dan tentunya bermanfaat untuk anda para penggemar puisi semuanya, Oke!

Hubungan Ilmu kalam, Tasawuf dan Filsafat

BAB 1
PENDAHULUAN



A. LATAR BELAKANG
Ilmu kalam, filsafat, dan tasawuf adalah ilmu yang dilahirkan dari persentuhan umat Islam dengan berbagai masalah sosiocultural yang dihadapi oleh masyarakat sedang berkembang kala itu mencari dan mempertahankan kebenaran. Dari itu pula lahirlah para pakar dunia yang telah berhasil mempertahankan kebenara mereka masing- masing, walaupun dengan cara atau jalan yang ditempuh berbeda. Maka dari itu. Pada makalah ini akan memebahas hakekat Ilmu Kalam, Tasawuf, dan Filsafat beserta hubungan ketigannya agar para pembaca mengetahui dan memahami hakikat ketiganya serta hubungan ketiganya.


B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa hakekat Ilmu Kalam itu?
2. Apa hakekat Tasawuf itu?
3. Apa hakekat Filsafat dan itu?
4. Bagaimana hunbungan Ilmu Kalam, tasawuf, dan filsafat?


C. TUJUAN PEMBAHASAN
1. Mengetahui dan memahami hakekat ilmu kalam
2. Mengetahui dan memahami hakekat tasawuf
3. Mengetahui dan memehami hakekat Filsafat
4. Mengetahui dan memahami hubungan Ilmu Kalam, Tasawuf, dan Filsafat




BAB II
PEMBAHASAN



A. HAKIKAT ILMU KALAM


Pengertian Ilmu Kalam
Nama lain dari Ilmu Kalam : Ilmu Aqaid (ilmu akidah-akidah), Ilmu Tawhid (Ilmu tentang Kemaha Esa-an Tuhan), Ilmu Ushuluddin (Ilmu pokok-pokok agama). Disebut juga 'Teologi Islam'. 'Theos'= Tuhan; 'Logos'= ilmu. Berarti ilmu tentang keTuhanan yang didasarkan atas prinsip-prinsip dan ajaran Islam; termasuk di dalamnya persoalan-persoalan ghaib. Menurut Ibnu Kholdun dalam kitab moqodimah mengatakan ilmu kalam adalah ilmu yang berisi alasan-alasan mempertahankan kepercayaan-keprcayaan iman dengan menggunakan dalil fikiran dan juga berisi tentang bantahan-bantahan terhadap orang-orang yang mempunyai kepercayaan-kepercayaan menyimpang. Ilmu= pengetahuan; Kalam= pembicaraan'; pengetahuan tentang pembicaraan yang bernalar dengan menggunakan Persoalan terpenting yang di bicarakan pada awal Islam adalah tentang Kalam Allah (Al-Qur'an); apakah azali atau non azali (Dialog Ishak bin Ibrahim dengan Imam Ahmad bin Hanbal.  Dasar Ajarannya; Dasar Ilmu Kalam adalah dalil-dalil fikiran (dalil aqli) Dalil Naqli (Al-Qur'an dan Hadis) baru dipakai sesudah ditetapkan kebenaran persolan menurut akal fikiran. (Persoalan kafir-bukan kafir)…… Jalan kebenaran; Pembuktian kepercayaan dan kebenaran didasarkan atas logika (Dialog Al-Jubbai dan Al-Asy'ari).


B. HAKIKAT TASAWUF


Pengertian Tasawuf
Istilah "tasawuf"(sufism), yang telah sangat populer digunakan selama berabad-abad, dan sering dengan bermacam-macam arti, berasal dari tiga huruf Arab, sha, wau dan fa. Banyak pendapat tentang alasan atas asalnya dari sha wa fa. Ada yang berpendapat, kata itu berasal dari shafa yang berarti kesucian atau bersih. Sebagian berpendapat bahwa kata itu berasal dari kata shafwe yang berarti baris atau deret, yang menunjukkan kaum Muslim awal yang berdiri di baris pertama dalam salat atau dalam perang suci. Sebagian lainnya lagi berpendapat bahwa kata itu berasal dari kata shuffah yang berarti serambi masjid Nabawi di Madinah yang ditempati oleh para sahabat-sahabat nabi yang miskin dari golongan Muhajirin. Ada pula yang menganggap bahwa kata tasawuf berasal dari shuf yang berarti bulu domba, yang menunjukkan bahwa orang-orang yang tertarik pada pengetahuan batin kurang memperdulikan penampilan lahiriahnya dan sering memakai jubah yang terbuat dari bulu domba yang kasar sebagai simbol kesederhanaan.
Harun Nasution mendefinisikan tasawuf sebagai ilmu yang mempelajari cara dan jalan bagaimana orang Islam dapat sedekat mungkin dengan Alloh agar memperoleh hubungan langsung dan disadari dengan Tuhan bahwa seseorang betul-betul berada di hadirat Tuhan.


Ada sebagian orang yang mulai menyebut dirinya sufi, atau menggunakan istilah serupa lainnya yang berhubungan dengan tasawuf, yang berarti bahwa mereka mengikuti jalan penyucian diri, penyucian "hati", dan pembenahan kualitas watak dan perilaku mereka untuk mencapai maqam (kedudukan) orang-orang yang menyembah Allah seakan-akan mereka melihat Dia, dengan mengetahui bahwa sekalipun mereka tidak melihat Dia, Dia melihat mereka. Inilah makna istilah tasawuf sepanjang zaman dalam konteks Islam.
Imam Junaid dari Baghdad (910 M.) mendefinisikan tasawuf sebagai "mengambil setiap sifat mulia dan meninggalkan setiap sifat rendah". Syekh Abul Hasan asy-Syadzili (1258 M.) syekh sufi besar dari Afrika Utara mendefinisikan tasawuf sebagai "praktik dan latihan diri melalui cinta yang dalam dan ibadah untuk mengembalikan diri kepada jalan Tuhan". Syekh Ahmad Zorruq (1494 M.)dari Maroko mendefinisikan tasawuf sebagai berikut: Ilmu yang dengannya dapat memperbaiki hati dan menjadikannya semata-mata bagi Allah, dengan menggunakan pengetahuan tentang jalan Islam, khususnya fiqih dan pengetahuan yang berkaitan, untuk memperbaiki amal dan menjaganya dalam batas-batas syariat Islam agar kebijaksanaan menjadi nyata. Ia menambahkan, "Fondasi tasawuf ialah pengetahuan tentang tauhid, dan setelah itu memerlukan manisnya keyakinan dan kepastian; apabila tidak demikian maka tidak akan dapat mengadakan penyembuhan 'hati'." Menurut Syekh Ibn Ajiba (1809 M): Tasawuf adalah suatu ilmu yang dengannya Anda belajar bagaimana berperilaku supaya berada dalam kehadiran Tuhan yang Maha ada melalui penyucian batin dan mempermanisnya dengan amal baik. Jalan tasawuf dimulai sebagai suatu ilmu, tengahnya adalah amal. dan akhirnva adalah karunia Ilahi.


Tujuan Tasawuf
Tasawwuf sebagai mana disebutkan dalam artinya di atas, bertujuan untuk memperoleh hubungan langsung dan disadari dengan Tuhan, sehingga disadari benar bahwa seseorang berada di hadirat Tuhan dan intisari dari itu adalah kesadaran akan adanya komunikasi dan dialog antara roh manusia dengan Tuhan dengan cara mengasingkan diri dan berkontemplasi. Kesadaran dekat dengan Tuhan itu dapat mengambil bentuk ittihad atau menyatu dengan Tuhan. Dalam ajaran Tasawuf, seorang sufi tidak begitu saja dapat dekat dengan Tuhan, melainkan terlebih dahulu ia harus menempuh maqamat . mengenai jumlah maqomat yang harus di tempuh sufi bebrbeda-beda,  Abu Nasr Al- Sarraj menyebutkan tujuh maqomat yaitu tobat, wara, zuhud, kefakiran, kesabaran, tawakkal, dan kerelaan hati. Dalam perjalananya seorang shufi harus mengalami istilah hal (state). Hal atau ahwal yaitu sikap rohaniah yang dianugrahkan Tuhan kepada manusia tanpa diusahakan olehnya, seperti rasa takut( al- khauf) , ikhlas, rasa berteman, gembira hati, dan syukur. Jalan selanjutnya adalah fana' atau lebur dalam realitas mutlak (Allah). Manusia merasa kekal abadi dalam realitas yang Tertinggi, bahkan meleburkan kepadaNya. Maksudnya, menghancurkan atau mensinarkan diri agar dapat bersatu dengan Tuhan.


Menurut Taftazani seseorang yang bertasawuf mempunyai beberapa ciri yaitu:
Peningkatan moral, seorang sufi memiliki nilai-nilai moral dengan tujuan membersihkan jiwa. Yaitu dengan akhlak dan budi pekerti yang baik berdasarkan kasih dan cinta kepada allah, oleh karena itu, maka tasawuf sangat mengutamakan adab/ nilai baik dalam berhubungan dengan sesama manusia dan terutama dengan Tuhan (zuhud, qonaah, thaat, istiqomah, mahabbah, ikhlas, ubudiyah, dll). Sirna (fana) dalam realitas mutlak (Allah). Manusia merasa kekal abadi dalam realitas yang Tertinggi, bahkan meleburkan kepadaNya. Maksudnya, menghancurkan atau mensinarkan diri agar dapat bersatu dengan Tuhan. Dan Ketenteraman dan kebahagiaan. Sumber Ajaran Tasawuf : Sumber ajaran tasawuf adalah al-Qur'an dan Hadits yang didalamnya terdapat ajaran yang dapat memebawa kepada timbulnya tasawuf. Paham bahwa Tuhan dekat dengan manusia, yang merupakan ajaran dasarnya dapat dijelaskan dalam Al-Qur'an Surat Al-Baqoroh ayat 186


C. HAKIKAT FILSAFAT


Pengertian Filsafat
Menurut analisa Al-Farabi filasafat berasal dari bahasa Yunani yaitu philosiphia. Philo berarti cinta dan shopia berarti hikmah atau kebenaran. Menurut Plato, filsuf Yunani yang termashur, murid Scorates dan guru Aristoteles mengatakan bahwa filsafat adalah pengetahuan tentang segala sesuatu yang ada.
Marcus Tullius Cicero politikus dan ahli pidato romawi merumuskan filsafat adalah pengatahuan tentang segala sesuatu yang maha agung dan usaha-usaha untuk mencapainya.  Al Farabi filosuf muslim terbesar sebelum Ibn Sina mengatakan filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam yang maujud dan brtujuan menyelidiki hakikatnya yang sebenarnya. Filsafat itu ilmu pokok dan pangkal segala pengetahuan yang mencakup metafisika, etika, agama, dan antripologi. Immanuel Kantyang sering disebut raksasa pikir barat, mengatakan bahwa Filsafat itu merupakan ilmu pokok dan pangkal segala pengetahuan yang mencakup metafisika, etika, agama, dan antripologi. Obyek Filsafat; Dalam filasafat terdapat dua obyek yaitu obyek materia dan obyek formanya. Obyek materianya adalah sarwa yang ada pada garis besarnya dibagi atas tiga persoalan, yaitu: Tuhan, alam, dan manusia. Sedangkan Obyek formannya adalah usaha mencari keterangan secara radikal ( sedalam-dalamnya) tentang obyek materi filsafat ( sarwa yang ada)


D. HUBUNGAN ILMU KALAM, TASAWUF DAN FILSAFAT


Persamaan dan pebedaan
Dari uraian di atas, terdapat titik persamaan dan perbedaan antara Ilmu Kalam Filsafat, dan Tasawuf.
Persamaan pencarian segala yang bersifat rahasia (ghaib) yang dianggap sebagai 'kebenaran terjauh' dimana tidak semua orang dapat melakukannya dan dari ketiganya berusaha menemukan apa yang disebut Kebenaran (al-haq). Sedangkan perbedaannya terletak pada cara menemukan kebenarannya.
Kebenaran dalam Tasawuf berupa tersingkapnya (kasyaf) Kebenaran Sejati (Allah) melalui mata hati. Tasawuf menemukan kebenaran dengan melewati beberapa jalan yaitu: maqomat, hal (state) kemudian fana'.
Sedangkan kebenaran dalam Ilmu Kalam berupa diketahuinya kebenaran ajaran agama melalui penalaran rasio lalu dirujukkan kepada nash (al-Qur'an & Hadis). Kebenaran dalam Filsafat berupa kebenaran spekulatif tentang segala yang ada (wujud) yakni tidak dapat dibuktikan dengan riset, empiris, dan eksperiment. Filsafat menemukan kebenaran dengan menuangkan akal budi secara radikal, integral, dan universal. Hubungannya; Dilihat dari titik persamaan dan perbedaan antara ilmu kalam, tasawuf dan filsafat, maka penulis dapat merumuskan hubungan dari ketiganya adalah saling menguatkan dan membantu dalam mencari kebenaran yang menjadi tujuan utama ketiganya. Walaupun dengan cara yang berbeda. Yaitu pencarian segala yang bersifat rahasia (ghaib) yang dianggap sebagai 'kebenaran terjauh' dimana tidak semua orang dapat melakukannya dan mencari apa yang disebut kebenaran (al-haq).




DAFTAR PUTAKA
Saefuddin, Endang Anshori. 1987. Ilmu Filsafat dan Agama. Surabaya: PT bina Ilmu Offst Nata, abuddin. 2001. Ilmu Kalam, Filsafat, dan Tasawuf. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. www.jadilah.com

Thursday, June 14, 2012

Kembali Bersama Karena Cinta

Aku benar-benar tak memahami kenapa Salwa mau saja kembali pada mantan pacarnya. Dia bahkan menikahinya. Seribu pertanyaan seakan-akan berputar-putar di kepalaku, namun tak satupun yang bisa kujawab sendiri. Aku ingat saat itu, Salwa sama sekali tak memandang mantan pacarnya dengan sayang. Hubungan mereka selalu bermasalah dan yang terakhir kali aku melihat sendiri Salwa memutuskan hubungan mereka. Dia malah bersyukur karena berhasil memutuskan lelaki yang katanya bukan tipe idealnya.
Tapi setelah bertahun-tahun berpisah, kami bertemu lagi dan aku benar-benar tak percaya saat melihatnya kini. Randy, mantan kekasihnya justru menjadi suami Salwa. Dan pertunjukkan kemesraan mereka semakin menambah pertanyaan di hatiku.
“Heran, Ndah?” tebak Salwa saat melihat aku bengong. Ketika itu Randy sudah menjauh dari kami, membawa dua anak mereka menuju playground.
Aku tersipu. Sementara Salwa hanya tertawa. “Cinta itu memang aneh, Ndah. Tapi semua memang berproses panjang. Aku dan Randy baru menyadari apa arti cinta itu sebenarnya setelah kami putus saat SMU itu. Kami belajar banyak dari perpisahan itu, bahwa mengenal seseorang itu perlu waktu dan usaha. Dulu aku selalu berpikir Randy egois dan tak romantis. Dia juga selalu lebih menomorsatukan hobi dan teman-temannya, daripada aku kekasihnya. Aku merasa marah karena Randy tak pernah memberiku hadiah ulangtahun dan dia tertawa saat aku tanya kado valentine untukku.”
“Begitupun Randy. Dia merasa aku yang terlalu memikirkan diriku sendiri. Terlalu kekanak-kanakan dan manja. Kami sering ribut hanya karena hal-hal kecil, dan ketika emosi sudah menguasai maka kami memilih berpisah.”
Mata Salwa menerawang, senyumnya tipis. “Di awal berpisah, aku menikmatinya. Memuaskan hatiku untuk melakukan semua yang tak bisa kulakukan bersama Randy. Aku bahkan berhasil menemukan pacar baru yang lebih romantis dan jauh lebih mengerti diriku. Meskipun semua foto-foto kami dan barang-barang pemberian Randy kubuang, bahkan aku melarang orangtuaku menyebut namanya, namun bayangan Randy dan kenangan saat kami pacaran sulit sekali dilupakan. Aku justru merindukan hal-hal yang tak kusuka darinya. Tanpa kusadari ternyata aku mencintai Randy bukan karena dia adalah kekasih seperti yang kuimpikan, tapi karena aku mencintai dirinya apa adanya dan kebersamaan kami saat pacaran itulah proses penerimaanku yang tak pernah kusadari.”
“Sayang, saat itu semuanya sudah terlambat. Barulah aku sadar kalau saat itu, aku terlalu egois dan tergesa-gesa mengambil keputusan. Aku menyesalinya dan sesal itu membuatku mengenang Randy sebagai cinta terindah yang pernah kumiliki. Tapi kuputuskan melanjutkan hidup dan mengakhiri hubungan cinta pelarianku itu. Aku hanya bisa berharap suatu hari nanti Tuhan mendengar doaku dan menemukan orang yang seperti Randy, yang memahami apa adanya.”
“Ternyata Tuhan tak hanya mendengar doaku, Ia mengabulkan doaku. Suatu hari, tanpa sengaja kami bertemu lagi di cafe tempat kami dulu biasa kencan. Kami sempat menyembunyikan kenapa kami ke Cafe itu. Randy beralasan janjian dengan temannya, dan aku bilang aku kebetulan lewat. Padahal kami sama-sama sering ke situ untuk mengenang cinta kami. Bodoh ya, Ndah? Tapi itulah cinta. terkadang aku sendiri sulit memahaminya,” kenang Salwa lagi.
Rasa ingin tahu membuatku bertanya. “Lalu setelah pertemuan itu gimana?”
Salwa menghela napas. “Kami bertukar alamat baru dan nomor telepon. Kami sama-sama tak bisa lagi menyembunyikan perasaan kami. Istilah kerennya sekarang CBLK, Cinta Lama Bersemi Kembali. Dan kali ini Randy memutuskan kami tak usah lagi pacaran karena kami sudah sama-sama dewasa. Kami menikah setelah beberapa bulan menjalin kembali persahabatan.”
“Terus terang, Ndah. Aku bersyukur dulu pernah putus dari Randy. Dengan berpisah itu, aku belajar banyak untuk memperbaiki kekuranganku yang manja dan kekanak-kanakan sementara Randy belajar untuk memahami perasaan perempuan. Ketika kami bertemu dan jatuh cinta untuk kedua kalinya, cinta itu bukan lagi cinta remaja yang penuh emosi tetapi cinta dua orang dewasa yang saling menerima kelebihan dan kekurangan. Bahkan Randy mengajariku arti cinta yang sebenarnya, cara mengekspresikan sikap romantis yang sesungguhnya.”
“Maksudmu, sekarang dia gak pernah lupa ulang tahunmu, kado valentine atau… ” selaku.
Salwa menggeleng, dia menatap suami dan anak-anak yang bermain di kejauhan. “Seperti itu, dia tunjukkan kasih sayangnya padaku dengan berbagi tugas mengurus anak-anak, membiarkanku ngobrol denganmu. Di rumah, tak canggung Randy membuatkan segelas teh untukku bahkan kami sering memasak menyiapkan makan malam bersama. Kasih sayang dan keromantisannya ditunjukkan setiap hari, bukan satu hari dalam setahun. Hadiahnya diberikan setiap hari dengan memberiku perhatian dan cinta. Bagiku sudah sepantasnya aku juga berbuat yang sama padanya, mencintainya. Kami kembali bersama karena cinta, ” kata Salwa menutup ceritanya.
Wajah Salwa tampak bersinar bahagia, serta terpampang jelas di kilauan bola matanya yang indah. Aku terharu. Gambaran kasih sayang yang amat sempurna sudah sangat jelas dan aku tak lagi perlu bertanya. Salwa belajar dari kesalahannya, Randy juga belajar dari ketidaksempurnaan mereka dan justru karena itulah mereka semakin saling memahami satu sama lain. Cinta yang saling menerima kekurangan dan kelebihan dalam proses yang panjang.
*****

Mentari Yang Pergi Kala Senja

Sekelebat sinar matahari menyeruak masuk dari balik tirai jendela kamar, tanpa sengaja sinar itu jatuh tepat di wajahmu. Matamu berkedip-kedip, dan akhirnya membangunkanmu dari tidur yang lelap. Sekonyong-konyong dengan langkah cepat, aku meraih tali tirai untuk menutupnya lebih rapat.
“Jangan, Mas!” pintamu menghentikan gerakanku. “Biarkan saja cahayanya masuk. Sudah lama kamar ini terasa suram. Atih rindu lihat sinarnya,” ujarmu sambil berusaha bangun dan duduk.
Aku melepaskan tali tirai dan segera membantumu duduk. Tubuhmu sedikit gemetar saat aku memegangi bahumu. Ya Allah, semakin lama kau semakin kurus saja. Tak tega rasanya melihat perempuan yang pernah begitu tegar mendampingiku, kini harus menderita seperti ini. Meski tak pernah kudengar sekalipun kau mengeluhkan sakit, tapi perubahan drastis di tubuhmu benar-benar telah cukup menggambarkan semuanya. Aku bahkan bisa merasakan deritamu, melewati hari demi hari tergerus oleh kanker hati sejak dua tahun lalu.
“Ngelihatin Atih kayak gitu bikin Atih malu aja.”
Aku tersipu. “Istriku memang cantik banget hari ini. Selalu cantik setiap hari.” Seulas senyum tergores di bibirmu yang membiru.
Hatiku tercekat menatap wajah pucatmu yang berusaha ceria. Kepala yang sudah licin plontos itu memang tertutup topi, namun mata yang sayu dan tubuh yang ringkih itu tak bisa ditutupi dengan senyum bahagiamu. Pilu rasa hatiku melihat kecantikanmu semakin lama semakin memudar karena penyakit mematikan itu
“Makan dulu, sayang,” bujukku pelan saat melihat piring berisi bubur di samping tempat tidur. Keraguan tergambar jelas di wajahmu saat ikut menatap piring itu. Aku tahu apa yang kau rasakan dan perasaan yang sama juga terbit di hatiku. Namun aku berdoa semoga hari ini tidak terjadi lagi. Sudah beberapa hari ini sejak kemoterapi terakhir, kau hampir tak makan apa-apa hingga aku hampir-hampir tak bisa menyembunyikan ketakutanku.
Tapi doaku tak terkabul. Meski aku tahu kau ingin menghabiskannya, tapi baru sendok yang masuk ke mulutmu semuanya sudah kau muntahkan lagi. Sungguh tak sanggup rasanya melihat istri yang kusayangi harus berkali-kali menunduk menghadap ember kecil itu. Segera kujauhkan piring itu darinya. Aku benar-benar tak tega melihatnya sampai hampir kehabisan tenaga karena terus menerus menahan mual.
“Ma..maafin Atih, mas. Maaf,” bisikmu lemah diantara nafas yang tersengal-sengal.
Aku tak bisa menjawabnya selain mengangguk-angguk dan membereskan tempat tidur.
“Sudah, sudah, kamu tiduran saja ya sayang. Mungkin itu lebih baik. Mau air hangat?” kau mengangguk lemah, secepat aku bisa kusodorkan gelas berisi air hangat itu. Kau meminumnya sedikit sekali, tapi kulihat kelegaan di wajah pucatmu. Kau berbaring dan aku mulai merasa bersalah. Seandainya tadi tak kupaksa makan.
Sebuah buku yang selalu kubacakan untukmu segera kuambil. Seperti biasa, inilah pengisi waktuku saat mendampingimu di rumah sakit. Membaca buku-buku yang dulu tak pernah sempat kau baca karena sibuk mengurus keluarga. Satu-satunya hal yang bisa kulakukan untukmu, kekasih hatiku.
“Mataharinya tak lagi terlalu terik ya mas. Barangkali mau hujan.”
Aku menoleh ke jendela dan mengangguk. “Iya, soalnya mau musim hujan.”
Tatapanmu berpindah padaku. ”Maafin Atih sudah membuat Mas repot ya. Atih sudah membuat Mas harus mengurusi Atih di usia senja seperti sekarang. Atih gak pernah melayani Mas seperti istri normal. Atih gak pernah memberi Mas kebahagiaan. Maaf ya Mas. Sungguh sungguh Atih minta maaf.”
Kata-katamu yang pelan itu bagai suara petir di siang bolong. Kucari-cari apa maksudmu berkata seperti itu dengan menatapmu tajam, tapi kau malah tersenyum hangat.
“Kamu ini ngomong apa toh, Tih? Buat apa minta maaf? Saya yang justru minta maaf karena gak bisa mencarikanmu dokter terbaik supaya bisa lepas dari penderitaanmu ini,” tukasku lalu aku mengacungkan buku. “Kemarin sampai di mana bacaan kita ya?” tanyaku sambil berpura-pura sibuk membolak-balik lembaran buku, mengalihkan pembicaraan.
“Mas.” Tanganmu kembali menghentikan gerakanku. Mata indahmu kini terlihat menyimpan kesedihan. “Mas harus maafin Atih dulu, Atih sudah jadi istri yang selalu membuat Mas menderita, membuat Mas harus kerepotan. Harusnya kan kita sedang menikmati masa pensiun yang indah, nengok anak dan cucu-cucu kita. Seharusnya kita jalan-jalan ke pantai, traveling keliling tempat-tempat yang dulu tak sempat kita datangi dan menikmati sinar matahari itu sambil bergandengan tangan seperti yang dulu sering kita khayalkan.”
Sungguh, aku benci kalau kau mulai berkata seperti ini. Aku tak suka mendengar kau mengulang-ulang sesuatu yang tak bisa kuberikan. Kau selalu mengingatkanku bahwa aku belum sempat memberimu semua itu. Belum sempat mewujudkan mimpi-mimpimu yang dulu selalu saja batal karena berbagai sebab. Entah berapa kali kita akhirnya menghabiskan waktu hanya dengan berkhayal dan tertawa-tawa miris berdua. Impian yang tak pernah terwujud karena kebutuhan yang terlalu banyak saat itu.
“Harusnya saya yang minta maaf, Tih. Saya yang tak pernah memberimu apa-apa. Dulu saya ingin ke tempat itu karena kamu ingin pergi ke sana. Dulu saya ingin melakukannya karena kamu menginginkannya. Jadi seharusnya saya yang meminta maaf karena belum sempat mewujudkannya. Tapi saya janji, kalau kau sehat lagi kita akan melakukan semuanya… semuanya berdua.” Aku mendengar getaran di suaraku sendiri. Tidak, aku tidak boleh menangis di hadapanmu.
Senyummu  membayang di sudut pipi yang tirus. “Mas sudah memberikan banyak hal buat Atih. Atih bisa bertemu Mas, mencintai Mas, menikah dan memiliki anak-anak yang baik sudah merupakan hal terbaik buat Atih. Atih sangat bahagia. Mas seperti matahari Atih, matahari yang selalu menyinari kemanapun Atih pergi. Tak ada seharipun Atih menyesali hidup bersama Mas. Atih benar-benar bahagia. Kalaupun Atih menyesal, itu karena Atih tak bisa melakukan hal yang sama buat Mas. Kalau Allah memberi kesempatan buat Atih, ingin rasanya Atih tetap berbakti pada mas.”
Dadaku terasa sesak. Mataku mulai berkaca-kaca. “Mas mau ke toilet dulu sebentar.” Hanya itu yang bisa kulakukan. Berlari ke toilet, melepas emosiku sendiri.
Airmata yang tadi kutahan langsung jatuh deras begitu aku masuk toilet. Aku membuka kran air dan menutup mulutku dengan handuk agar suaraku tak terdengar olehmu.
Kekasihku, istriku, cintaku, Ratih. Seandainya kau tahu. Setiap hari sejak kau sakit, aku menyesal bukan kepalang. Bukan karena aku harus mengurusmu, bukan karena aku harus mengeluarkan hampir separuh harta untuk kesembuhanmu. Bukan itu, istriku. Sungguh bukan itu. Aku menyesal karena tak pernah memperhatikan kesehatanmu, aku menyesal karena tak pernah menyadari kalau sekuat apapun dirimu tetaplah seorang manusia. Aku menyesal tak sempat mewujudkan banyak hal untukmu. Aku menyesal, aku terlambat menyadari kalau kau telah memberiku banyak tapi aku bahkan tak pernah memberimu kebahagiaan sebenarnya. Kalau seandainya diberi kesempatan kedua, aku ingin sekali menjadikanmu istri paling bahagia di muka bumi ini. Akan kulakukan apa saja yang kau mau agar kau bahagia. Akan kubawa kau ke tempat paling indah di dunia ini dan akan kuberikan apapun yang kau mau, asal satu hal saja. Asal kau bisa sembuh dan kembali padaku seperti dulu. Sehat walafiat, memberi keluarga kita sinarmu yang cemerlang seperti dulu.
Janganlah kau pernah berpikir kalau aku menderita karena mengurusmu, sayang. Buatku, setiap kali bangun dan melihatmu tersenyum sudah cukup. Inilah tujuanku saat mataku terbuka di pagi hari. Tak ada tujuan lagi dalam hidupku selain bisa mengurusmu dan membuatmu bahagia. Aku tetap yakin kau sembuh meski dokter sudah berkali-kali menggelengkan kepala. Kalau kau tiada, aku malah tak tahu harus bagaimana menghadapi hari esok. Apalagi yang kupunya selain dirimu? Bagaimana aku bisa bahagia tanpa kau di sisiku, belahan jiwaku? Apa tujuan hidupku jika kau tak ada? Aku takut membayangkan hidup tanpa dirimu lagi. Sungguh aku benar-benar takut.
Dan itu benar-benar terjadi beberapa hari kemudian. Ketakutanku menjadi kenyataan. Kau tak terbangun lagi. Matamu terpejam rapat meski berkali-kali kubangunkan, bahkan ketika tim dokter memeriksa keadaanmu. Tubuhku seakan lunglai ketika dokter bilang kau berada di ambang batas antara kematian dan kehidupan. Koma. Kata-kata itu membuatku menangis di depan anak-anak kita. Kekuatanku pergi seketika saat mendengarnya. Aku lemah tanpamu, sayang.
“Ayah, ayah. Ikhlaskan Bunda, Ayah! Biarkan bunda pergi, Ayah. Ikhlaskan dia. Bunda sudah menderita begitu lama. Biarkan dia istirahat dengan tenang,” kata Bimo, putra kita yang terkecil. Ia berkata seperti itu, tapi airmata juga terus menetes dari matanya.
Aku tak bisa. Aku tak mau. Sungguh aku tak bisa hidup tanpamu. Tapi Bimo memelukku, memberiku kekuatan. Elsa dan Rima juga ikut memelukku dan mereka memohon padaku dengan isak tertahan. Hati mereka sudah terlalu pedih melihat kau menderita hingga rela melepas kepergianmu, rela kehilangan dirimu. Bagiku, melepasmu sama saja membuang separuh jiwaku. Membiarkanmu pergi berarti membawa sebagian hatiku terbang. Namun, aku juga tak tega melihatmu terus menerus berusaha bertahan dalam sakit yang panjang. Seandainya saja semua derita itu bisa kugantikan.
Akhirnya, dengan langkah paling berat yang pernah kujalani, aku menunduk di sisi tempat tidurmu dan berbisik lembut di telingamu. Kubelai wajah cantik yang telah mulai berhias keriput itu untuk yang terakhir kalinya. “Pergilah, sayang. Jika kau ingin terlepas dari derita ini, pergilah dan beristirahatlah dengan tenang di sisiNya. Tunggu aku di sana, ya sayang. Aku ikhlas… benar-benar ikhlas melepasmu.  Asyhadu alla ilaaha illallah Wa asyhadu anna Muhammadar Rasulullah.” Dan aku kembali menangis saat setetes airmata jatuh dari matamu yang terpejam rapat. Aku memelukmu lama sekali dan kaupun pergi dalam pelukan terakhirku.
Senja itu, saat matahari terbenam kau menghembuskan nafas yang terakhir. Mentari lain yang juga menyinariku selama ini telah pergi bersama datangnya senja itu, ia meninggalkanku. Mentari yang menyinariku selama ini, memberiku kekuatan menghadapi semua tantangan hidup dan mentari yang selalu mendampingiku dengan setia selama separuh hidupku telah tiada.
Terima kasih istriku, untuk semua yang kau berikan padaku. Kau memberiku banyak hal, pelajaran penting tentang kehidupan dan semua hal terindah selama ini. Jika kau tak sakit, aku tak yakin menyadari betapa pentingnya arti dirimu bagiku. Jika kita tak pernah menghabiskan waktu di dalam kamar rumah sakit berbulan-bulan, mungkin aku takkan pernah bisa mengobrolkan banyak hal denganmu. Jika kita tak bersama di hari-hari terakhirmu, aku mungkin akan menyesalinya sepanjang hidupku. Paling tidak, karena sakitmu Allah telah memberiku kesempatan mengabdikan diri sebagai seorang suami yang sesungguhnya. Kau sudah memberiku banyak hal sepanjang pernikahan kita, cinta yang melimpah, kehidupan yang damai, kebahagiaan dan pengertian tiada habisnya, kenyamanan bahkan hingga matamu tak lagi bisa kau buka, kau tetap memberiku banyak kenangan yang takkan pernah kulupakan. Terlalu banyak, hingga pengabdianku tiada artinya dibandingkan semua itu. Kau tinggalkan aku bersama anak-anak dan cucu-cucu kita, keluarga yang menemaniku dalam sepi panjang setelah kepergianmu. Berat tapi harus kujalani agar kau tahu betapa berartinya semua yang kau tinggalkan padaku. Akan kujaga mereka semua walaupun tanpa kehadiranmu. Namun bagi kami, kau tetaplah sang Mentari hati. Mentari yang pergi kala senja.
*****